Masalah kesiapan stasiun dan keterbatasan aksesibilitas bayangi peluncuran kereta cepat Jakarta-Bandung
Masyarakat Indonesia yang terpilih akan diundang untuk menjajal perjalanan dengan kereta cepat pada uji coba terbatas di bulan Agustus mendatang.

JAKARTA: Beberapa tahun belakangan ini, Kartinah harus hidup dengan kebisingan tanpa henti dari pembangunan stasiun Padalarang, satu dari empat stasiun rel kereta cepat yang menghubungkan Jakarta dengan ibu kota Jawa Barat, Bandung.
Ibu rumah tangga berusia 38 tahun ini juga harus sering-sering membersihkan debu dari konstruksi stasiun yang beterbangan ke rumahnya. Betapa tidak, tempat tinggalnya hanya terpaut beberapa meter dari stasiun tersebut.
"Berisiknya minta ampun. Sekarang sudah lebih baik," kata dia, menceritakan soal deru suara mesin bangunan saat diwawancarai CNA di rumahnya di Padalarang, Jawa Barat.

Dibangun sebagai bagian dari proyek Belt and Road Initiative (BRI) China, kereta cepat akan memangkas waktu perjalanan dari Jakarta ke Bandung dari awalnya lebih dari tiga jam menjadi sekitar 40 menit.
Ini adalah kereta cepat pertama di Indonesia dan Asia Tenggara.
Peluncuran awal (soft-launch) kereta cepat dijadwalkan bulan depan, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus.
Tapi hingga awal Juli, stasiun Padalarang baru rampung sekitar 65 persen, sementara tiga stasiun lainnya hampir selesai pengerjaannya.
"Padalarang hanya siap 65 persen, karena awalnya stasiunnya di Walini (kemudian dipindahkan ke Padalarang)," kata Eva Chairunisa, corporate secretary PT KCIC.
“Jadi pembangunannya dimulai belakangan dibanding tiga stasiun lainnya."
PT KCIC adalah konsorsium perusahaan kereta api China dan Indonesia yang membangun rel kereta cepat.
Di tengah penyelesaian stasiun yang diburu waktu, para pengamat kepada CNA mengatakan ada berbagai permasalahan lainnya yang mesti diatasi pemerintah agar megaproyek ini dapat berjalan dengan baik.

BERLOMBA DENGAN WAKTU UNTUK MENYELESAIKAN STASIUN
Didanai pemerintah Beijing melalui Bank Pembangunan China, proyek kereta cepat dimulai pada 2015 setelah China memenangkan tender melawan Jepang.
Awalnya pembangunan kereta cepat direncanakan selesai pada 2019, tapi masalah pembebasan lahan dan pandemi COVID-19 - yang memicu protokol kesehatan dan perintah pembatasan kegiatan masyarakat - membuat proyek ini tertunda.
Terbentang sepanjang 142km, rel kereta cepat akan menghubungkan Jakarta dengan Bandung melintasi empat stasiun, yaitu Halim, Karawang, Padalarang dan Tegalluar.

Stasiun Halim terletak di Jakarta Timur, sementara tiga stasiun lainnya ada di provinsi Jawa Barat.
Ketika rangkaian kereta cepat buatan China tiba di Indonesia September tahun lalu, PT KCIC menargetkan pembangunan stasiun selesai pada Juni 2023.
Namun hingga awal Juli, pekerja konstruksi di keempat stasiun masih berlomba dengan waktu untuk menyelesaikannya.
Eva mengatakan stasiun-stasiun tersebut belum akan siap sepenuhnya ketika keberangkatan awal dilakukan, yang diperkirakan pada 18 Agustus mendatang.
Namun dia menambahkan, stasiun harus sudah rampung ketika kereta cepat beroperasi penuh membawa penumpang pada Oktober nanti.
"Tapi kami menjamin stasiun Halim dan Tegalluar sudah punya semua fasilitas untuk mengakomodasi para penumpang pada peluncuran awal nanti.
"Jadi karena pada Agustus belum beroperasi untuk perjalanan komersial, maka masih akan ada pekerjaan finishing di beberapa area," kata dia kepada CNA.

AKSES SULIT KE STASIUN KERETA CEPAT
Selain kesiapannya, kemudahan akses menuju stasiun kereta cepat juga harus dipastikan oleh otoritas PT KCIC, kata Darmaningtyas, pengamat transportasi sekaligus ketua Instran, organisasi non-pemerintah yang fokus pada masalah transportasi.
Saat ini, keempat stasiun memiliki akses yang sangat terbatas.
"Dalam kondisi sekarang, lebih cepat ke Bandung naik mobil via jalan tol," kata Darmaningtyas.
Saat ini stasiun kereta cepat Halim di Jakarta hanya bisa diakses melalui jalan tol. Untuk menuju tempat-tempat lain di Jakarta melalui stasiun ini juga harus mengambil jalan memutar yang cukup jauh.
Penumpang kereta cepat yang ingin ke Jakarta Selatan dari Halim di Jakarta Timur, misalnya, bisa menghabiskan waktu 1,5 jam di perjalanan pada jam-jam sibuk, dua kali lebih lama dibanding perjalanan kereta cepat ke Bandung.
PT KCIC sangat menyadari masalah ini.
Eva mengatakan LRT Jabodebek, yang rencananya juga diluncurkan pada 18 Agustus, akan jadi salah satu solusi akses ke stasiun kereta cepat Halim karena lokasinya yang berdekatan.

Dia juga mengatakan jalan pintas menuju stasiun Halim sedang dibangun agar bus umum punya akses masuk.
Berdasarkan pantauan CNA, ketiga stasiun lainnya yang ada di provinsi Jawa Barat bahkan lebih sulit diakses.
Misalnya di stasiun kereta cepat Karawang. Tidak ada transportasi umum menuju stasiun yang terletak sekitar 30 menit dari pintu keluar tol ini.
Stasiun Tegalluar, pemberhentian akhir kereta cepat di Jawa Barat, berada di kabupaten Bandung, bukan di pusat kotanya.
Untuk mencapai kota Bandung, cara tercepat bagi penumpang kereta cepat adalah turun di stasiun Padalarang lalu melanjutkan dengan kereta, bus umum atau mobil, yang bisa memakan waktu sekitar 20 menit tergantung kondisi lalu lintas.
KEAMANAN KERETA CEPAT HARUS TERJAMIN
Deddy Herlambang, wakil ketua forum jalan dan kereta api Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) yang berbasis di Jakarta, mengatakan bahwa kereta cepat Jakarta-Bandung masih belum tersertifikasi.
"Semua fasilitas dan infrastruktur seperti telekomunikasi, kelistrikan ... harus tersertifikasi. Sejauh yang saya tahu, saat ini semuanya belum tersertifikasi karena tidak ada unit di kementerian perhubungan yang bertugas untuk sertifikasi rel kereta cepat karena masih baru.
"Jadi mereka mempekerjakan konsultan independen untuk melakukan sertifikasi, karena kita juga belum punya regulasi terkait kereta cepat. Itulah sebabnya, standar yang digunakan adalah standar internasional," kata dia.
Kepada CNA, Risal Wasal, direktur jenderal perkeretaapian kementerian perhubungan, mengatakan bahwa semua kereta di Indonesia harus memiliki izin untuk bisa beroperasi.
"Di Indonesia izin ini bisa diperoleh jika seluruh persyaratan teknis dan administratif terpenuhi.
"Artinya para pekerjanya juga harus tersertifikasi dan menjalani uji coba," kata dia.
Wasal mengatakan kemenhub saat ini bekerja sama dengan asesor independen yang akan meninjau uji coba tersebut.
"Kami kemungkinan juga akan menyetujui hasil peninjauan uji coba kereta cepat di Indonesia oleh China, jadi ada dua opsi untuk memastikan keamanan kereta ini," kata dia.
Dia menambahkan bahwa keamanan penumpang dari stasiun keberangkatan hingga stasiun tujuan juga akan dijamin.
"Artinya kami akan menyediakan fasilitas keselamatan agar penumpang merasa aman," kata dia.
Wasal mengakui bahwa semuanya masih dalam tahap uji coba dan belum tersertifikasi.
"Kami menargetkan untuk mendapatkan sertifikasi dan izin operasional sebelum Agustus," kata dia.
Pada masa awal operasional kereta cepat, ungkap Wasal, posisi masinis akan diisi oleh tenaga berpengalaman dari China. Pasalnya, masinis dari Indonesia masih harus terlebih dulu menguasai keterampilan dan pengetahuan dalam mengoperasikan sistem kereta cepat.
Di saat pemerintah berusaha menyelesaikan proyek ini sebelum peluncuran awal Agustus nanti dan memenuhi tenggat operasional penuh pada Oktober, Kartinah di Padalarang mengaku senang akhirnya Indonesia punya kereta cepat.
"Sebagai orang Indonesia, saya kira kereta cepat ini bagus karena Indonesia dan generasi berikutnya akan lebih maju. Dari sisi teknologi, artinya kita mengikuti perkembangan zaman.
"Semoga dengan kehadiran kereta cepat ini, masyarakat bisa punya lebih banyak akses ke transportasi publik dan memangkas waktu perjalanan. Tapi harus bisa terjangkau oleh kami, masyarakat kecil," ujar Kartinah, di tengah penantian besaran harga tiket kereta cepat yang belum juga diumumkan pemerintah.
Baca artikel ini dalam Bahasa Inggris.
Baca juga artikel Bahasa Indonesia ini mengenai rencana Indonesia melakukan studi awal kereta cepat rute Bandung-Surabaya.
Ikuti CNA di Facebook dan Twitter untuk lebih banyak artikel.