‘Saya ingin penonton merasakan adrenaline rush’: Pencinta drone Indonesia bubungkan hobi menjadi karier

JAKARTA: Satu drone kecil tipe balap meluncur gesit menghampiri pintu terbuka di lantai teratas satu stasiun transit yang baru selesai dibangun di salah satu kawasan tersibuk Jakarta.
Sang pilot, Rifky Widianto, tak memperlambat laju saat pesawat nirawak tersebut memasuki stasiun pada sudut kemiringan yang membuatnya luput dari persentuhan dengan rangka pintu logam itu.
Di dalam sana, drone itu terus terbang kencang menuruni tangga dan bermanuver melintasi koridor-koridor kecil. Dengan tatapan terpaku pada layar mini yang ia sandang di kepala, sesekali Rifky mengendalikan pesawat nirawaknya mendekati tanah atau beberapa sentimeter saja dari berbagai rintangan yang ada.
" Gue pengin penonton gue ngerasain adrenalin rush ketika mereka menonton video-video gue,” ujarnya kepada CNA.
Dikenal bernyali menavigasi ruang-ruang sempit, Rifky telah melesat sebagai salah satu pemain top di industri fotografi udara dan videografi Indonesia.
Di usia 35 tahun, ia telah menjadi salah satu pilot pesawat nirawak paling dicari di Indonesia. Kliennya terdiri dari para pengembang properti yang ingin memasarkan unit apartemen terbaru hingga perusahaan-perusahaan minyak dan gas yang membutuhkan video promosi.
Dalam empat tahun perjalanannya menekuni dunia drone, ia telah bermanuver di sekitar susunan rangka dan julangan derek di stadion yang tengah dibangun serta menjelajahi interior pusat-pusat perbelanjaan dan beberapa museum.
Ia pun telah diundang untuk mengendalikan instrumen terbangnya di lokasi-lokasi yang terlarang bagi para penggemar drone awam, seperti kompleks parlemen maupun lambung kapal perang.
LEKAS MAHIR
Rifky membeli drone pertamanya pada tahun 2017 guna melengkapi bulan madunya ke resor mewah di salah satu pulau di Provinsi Gorontalo.
“Gue mikir, sayang banget kalau gue cuma foto-foto pakai hape. Makanya gue beli drone,” kenangnya. Rifky lantas memanfaatkan dua pekan berikutnya untuk melahap ilmu dari berbagai tutorial daring serta berlatih di waktu luang.
Puas dengan foto-foto yang ia ambil selama bulan madu membuatnya kian penasaran dengan fotografi udara.
Saat itu ia bekerja sebagai akuntan di sebuah perusahaan minyak dan gas, suatu profesi yang memungkinkannya menjelajahi berbagai sudut negeri. “Gue nerbangin drone setiap kali ada kesempatan. Gue bangun lebih cepat supaya bisa nerbangin drone saat menuju kantor. Tiap kali ada tugas ke luar kota, gue bawa drone,” jelasnya.
Berbagai konten yang ia muat di halaman Instagram menarik banyak pengikut, termasuk sesama penggemar drone yang telah lebih dulu bergiat di dunia tersebut. Mereka lantas mengajaknya bergabung ke salah satu komunitas pilot drone di Tanah Air.

Lingkungan komunitas menyodorinya kesempatan untuk bertukar pengetahuan dan trik, sekaligus mencerap berbagai info terbaru terkait tren dan perkembangan dunia drone. Persaingan penuh persahabatan dalam komunitas juga mendorongnya untuk terus mengasah kemampuan.
Di tahun 2019, ia membeli drone balap first-person view (FPV) pertamanya — tipe pesawat nirawak yang mampu menjelajahi ruang-ruang sempit dengan kecepatan tinggi.
“Gue selalu penasaran tiap kali lihat video-video drone FPV di sosmed. Orang-orang kan tadinya pakai itu cuma buat balapan. Tapi lama-lama banyak yang pakai untuk bikin karya sinematik yang unik. Gue memutuskan untuk nyoba pakai drone FPV. Tujuannya bukan untuk jadi atlet, tapi untuk memperkaya konten (media sosial) gue,” ujarnya.
Dalam waktu singkat, Rifky keranjingan drone FPV. "Gue buru-buru berangkat kerja supaya gue bisa pakai ruangan kantor sendirian. Gue selalu bawa satu tas yang isinya penuh perlengkapan FPV: goggles, remote control, antena. Gue latihan di ruangan sempit di kantor dan di apartemen buat ningkatin reaksi sama control," jelasnya.
Menabrakkan drone berkali-kali adalah bagian dari proses belajarnya.
TAWARAN DEMI TAWARAN
Menurut Rifky, awalnya ia tidak punya niat untuk menjadi pilot drone profesional.
Di penghujung 2018, hal itu berubah ketika satu perusahaan perakit drone menghubunginya untuk meminta izin menggunakan salah satu fotonya sebagai materi promosi. “Mereka bilang mau lisensi foto gue selama setahun,” ujarnya, menyebutkan angka US$500 untuk satu foto itu saja.
“Pastinya seneng lah kalo kita ngeliat foto kita dipakai di sebuah campaign. Sayangnya, gue gak pernah tahu foto gue itu dipakai di mana. Gue coba tanya, tapi mereka enggak pernah jawab.”

Di tahun 2019, serangkaian peristiwa meyakinkan Rifky untuk menjadikan hobinya tersebut sebagai sumber penghasilan. Perusahaan tempat ia bekerja menyewa satu rumah produksi untuk merekam video salah satu proyek tanggung jawab sosial mereka di hutan pedalaman Sumatera.
“Gue juga ikut berangkat terus shooting video-video gue sendiri. Akhirnya kantor malah pakai video yang gue ambil, bukan hasil syuting rumah produksi yang sudah mereka sewa tadi,” paparnya.
Hal tersebut meningkatkan rasa percaya dirinya untuk bersaing dengan para profesional. “Sebagai akuntan, gue tahu apa yang dibayar perusahaan untuk servis kayak gitu,” kata Rifky.
Baca:
Kabar pun beredar: Ada karyawan yang memproduksi cuplikan-cuplikan video kampanye perusahaan. Tak lama kemudian, berbagai tawaran proyek serupa dari kantornya serta dari pihak-pihak lain di industri yang sama mulai berdatangan.
Berkat keberadaanya yang kian kukuh di media sosial, perusahaan-perusahaan di luar dunia migas pun turut melirik. Kini Rifky punya lebih dari 36.000 pengikut di Instagram.
Dengan banyaknya peluang yang menghampiri, Rifky mulai merasa sulit menyeimbangkan profesi sampingan ini dengan pekerjaan sehari-harinya sebagai akuntan. Februari tahun ini, ia mengundurkan diri dari kantor demi menjawab panggilan hasratnya dengan merintis perusahaan bidang fotografi udara dan produksi video.
“Gue sekarang bisa nanganin proyek-proyek besar yang tadinya susah gue kerjain karena gue masih ngantor. Tapi gue tetap jaga hubungan baik dengan kantor lama, dan mereka sekarang jadi salah satu klien gue. Mereka tahu gue, mereka tahu gue bisa apa, dan gue juga tahu persis apa kebutuhan mereka,” jelasnya.
MENDOBRAK BATAS
Kegigihan Rifky dalam meningkatkan kemampuan bisa jadi merupakan kunci kesuksesannya.
Demi suatu kompetisi, Rifky menguji batas keterampilan dan kreativitasnya dalam memfoto kereta yang tengah melaju menggunakan teknik panning. Targetnya, fokus pada kereta harus terjaga, sedangkan latar belakang terburamkan oleh kecepatan.
Dibutuhkan beberapa kali uji coba untuk mendapatkan hasil rekaman yang diinginkan, dan drone-nya dipaksa bekerja begitu keras mengimbangi kecepatan kereta sampai-sampai baterainya menggembung.
Kompetisi tersebut merupakan satu dari sekian banyak kontes yang telah ia menangkan. Pada gilirannya, ia berganti posisi dari peserta menjadi juri dan pembicara.

Rifky juga menyambut baik setiap permintaan untuk menerbangkan drone di tempat-tempat yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya, meski tak dibayar sekalipun.
Perannya sebagai ketua Jakarta Content Creator Community memungkinkannya untuk bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta setiap kali ada keperluan promosi proyek infrastruktur baru, misalnya stasiun transit terpadu yang baru saja dibuka dan Stadion Internasional Jakarta.
Baca:
Sebagai imbalannya, pihak Ibu Kota memberinya akses eksklusif untuk menerbangkan pesawat nirawak di hampir seluruh wilayahnya, termasuk di dalam Museum Sejarah Jakarta di Kota Tua yang sarat kisah dan legenda.
Berkat satu videonya di Instagram, yakni hasil bidikan drone-nya melayang keluar masuk museum tadi, beberapa perusahaan dan institusi lantas menghubunginya untuk menawarkan proyek berbayar: membuat video-video serupa di lokasi-lokasi yang mereka tentukan.
“Elo harus punya passion sama apa yang elo lakuin kalau mau berhasil di industri apa pun. Jangan lakuin cuma karena pengin punya banyak follower atau dapat banyak proyek. Lakuin karena memang benar-benar elo tuh suka sama apa yang elo lakuin," pungkasnya.
Baca artikel ini dalam Bahasa Inggris.
Baca juga artikel Bahasa Indonesia ini mengenai lonjakan limbah medis yang mengancam kesehatan masyarakat di tengah merebaknya COVID-19 di Indonesia.
Ikuti CNA di Facebook dan Twitter untuk lebih banyak artikel.