Skip to main content
Best News Website or Mobile Service
WAN-IFRA Digital Media Awards Worldwide 2022
Best News Website or Mobile Service
Digital Media Awards Worldwide 2022
Hamburger Menu

Advertisement

Advertisement

Indonesia

Mengapa Maluku Utara provinsi paling bahagia di Indonesia?

Sikap santai jalani hidup dan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas bawa Maluku Utara ke posisi teratas indeks kebahagiaan nasional. CNA soroti nilai-nilai lokal serta berbagai tantangan pembangunan provinsi ini.

 Mengapa Maluku Utara provinsi paling bahagia di Indonesia?

Provinsi Maluku Utara duduki puncak indeks kebahagiaan Indonesia sejak tahun 2017. (Foto: CNA/Kiki Siregar)

  • Secara historis dikenal sebagai bagian dari Kepulauan Rempah, Maluku Utara telah menduduki puncak indeks kebahagiaan Indonesia sejak 2017
  • Para narasumber CNA mengaitkan pencapaian ini dengan budaya toleransi dan gotong royong
  • Menurut Presiden Joko Widodo, kokohnya pertumbuhan ekonomi turut berperan
  • Meski demikian, provinsi ini terus menghadapi berbagai tantangan pembangunan, termasuk perlunya keseimbangan antara industrialisasi dan proteksi lingkungan

MALUKU UTARA: Pagi itu Basri meninggalkan kantornya untuk menemui beberapa klien di satu desa terpencil di Halmahera Timur, Maluku Utara.

Di tengah perjalanan, pegawai bank itu menghentikan mobilnya, sebab satu truk berisi barang-barang stok minimarket telah terguling di satu-satunya jalan utama di pulau seluas 17.780 km persegi itu.

Truk tersebut dan aneka muatannya yang berserakan – antara lain minyak goreng, beras, dan popok – tak ayal merintangi jalan. Di daerah berbukit-bukit itu, polisi tak bisa dihubungi karena terbatasnya jaringan seluler, dan tak mungkin pula menggeser truk tanpa bantuan alat berat.

Dengan tenang, Basri dan yang lain mulai berbincang, bersantai, serta berbagi makanan di dekat lokasi kejadian.

"Ini memang kecelakaan, tapi kita orang happy saja," ujar Basri kepada CNA.

Hal semacam ini dianggap biasa di Maluku Utara, kawasan dengan julukan provinsi paling bahagia di Indonesia.

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Juni lalu, indeks kebahagiaan provinsi ini berada di angka 76,34 dari 100 – tertinggi dibandingkan perolehan provinsi lainnya.
 
Berdasarkan indeks tersebut, makin tinggi skor, makin bahagia pula masyarakatnya. Menurut uraian BPS, kebahagiaan terdiri dari tiga komponen utama, yakni kepuasan hidup, rasa afeksi, serta makna hidup.

BPS menyurvei 75.000 rumah tangga di 34 provinsi di Indonesia pada Juli dan Agustus 2021 – sebelum parlemen menyetujui dibentuknya empat provinsi baru.

Di Maluku Utara, survei dilakukan di semua kabupaten dengan melibatkan 1.040 rumah tangga. Populasi provinsi ini sendiri mencapai 1,3 juta jiwa.

Setelah Maluku Utara, Provinsi Kalimantan Utara dan Provinsi Maluku masing-masing menduduki peringkat kedua dan ketiga pada indeks ini.

Indeks kebahagiaan mengukur 10 indikator, di antaranya kondisi tempat tinggal, pendapatan, profesi, komunitas, dan pendidikan. Indikator lain meliputi lingkungan hidup, kesehatan, kepuasan hidup, keamanan, serta keseimbangan antara kerja dan keseharian. 

BPS juga merilis indeks kebahagiaan pada tahun 2014 dan 2017. Namun, metode yang dipakai saat itu berbeda. Pada tahun 2017, Maluku Utara juga menempati posisi teratas dengan skor 75,68 dari 100.

Dengan sikap santai jalani hidup serta ekonomi yang kuat, semua tampak menjanjikan bagi masyarakat Maluku Utara. Akan tetapi, berbagai tantangan pembangunan masih perlu diperhatikan.

Provinsi Maluku Utara terdiri dari ratusan pulau. (Foto: CNA/Kiki Siregar)

 "MASYARAKAT DI SINI TIDAK MUDAH KHAWATIR"

Meski tak semua yang diwawancarai CNA pernah mendengar tentang indeks kebahagiaan, mereka tidak heran provinsi ini dapat menduduki peringkat teratas.

Di Pulau Tidore, seorang pengendara becak setuju bahwa Maluku Utara adalah provinsi paling bahagia di Indonesia. "Saya senang karena di Tidore ini orangnya ramah-ramah."

Di Desa Buli, Halmahera Timur, Marcela Gumanggilung mengaku bahagia dengan melimpahnya kesempatan kerja dan beragamnya masyarakat yang terdiri dari orang-orang dari berbagai penjuru Indonesia.

"Di sini ada banyak perusahaan, dan ada banyak pendatang dari luar provinsi," ujar resepsionis hotel berusia 21 tahun yang berasal dari Sulawesi Utara tersebut. Ia telah bekerja di Maluku Utara sejak Maret tahun lalu.

Marcela Gumanggilung berasal dari Provinsi Sulawesi Utara. (Foto: CNA/Kiki Siregar)

Sudarminto, pria 30 tahun yang berasal dari Buton, Sulawesi Tenggara, juga mengaku bahagia dengan hidupnya. Saat ini ia bekerja untuk PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), satu kawasan industri di Halmahera Tengah.
 
"Saya jadi punya banyak teman (karena pekerjaan saya), dari Sabang sampai Merauke," tuturnya, mengutip lirik lagu yang menggambarkan betapa luasnya Indonesia sebagai negara kepulauan, dengan Sabang di ujung barat Indonesia di Provinsi Aceh, dan Merauke di ujung timur di Papua.

"Dari timur ke barat, kita kumpul di sini, jadi saya bisa kenal banyak orang dan jadi akrab satu sama lain," ujar Sudarminto. Dengan gaji sekitar 7 juta rupiah per bulan, ia mengaku lebih bahagia hidup di Maluku Utara daripada saat bekerja di Malaysia dulu.

Aidil Adha, Kepala BPS Maluku Utara, menyampaikan kepada CNA, "Masyarakat di sini tidak mudah khawatir. Waktu gempa bumi pun mereka tetap tenang."

Maluku Utara merupakan gugusan ratusan pulau yang sebagian besar vulkanis, sehingga gempa bumi kecil cukup sering terjadi. 

Aidil, pria asal Sumatra yang pindah ke provinsi ini sekitar dua tahun lalu, mengaku sempat terkesima dengan sikap hidup masyarakat yang bebas dari rasa khawatir.

Ia mengisahkan bagaimana ia pernah bergegas ke luar kantor ketika merasakan gempa kecil – satu kebiasaan bawaan dari Sumatra yang juga rawan gempa. Ia lantas terkejut mendapati rekan-rekannya tetap tenang, melanjutkan pekerjaan seolah-olah tidak terjadi apa-apa. 

Secara historis, provinsi ini dulunya berada di bawah beberapa kesultanan, termasuk Tidore dan Ternate.

Dalam wawancara dengan CNA, Husain Alting Sjah selaku Sultan Tidore mengemukakan bahwa masyarakat Maluku Utara memiliki sistem budaya yang unik berlandaskan toleransi. "Dan kami sangat terbuka dalam hal agama," tambahnya, lantas menegaskan bahwa nilai-nilai ini telah diwariskan secara turun-temurun.

Sultan Husain Alting Sjah dari Tidore juga merupakan anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI). (Foto: CNA/Kiki Siregar)

Beberapa bagian provinsi didominasi oleh Muslim, misalnya di Tidore, sedangkan di bagian-bagian lain, seperti Halmahera Timur, banyak penduduk beragama Kristen. Bukan hal aneh jika di berbagai tempat terdapat gereja hanya beberapa meter dari masjid.

Kesultanan Tidore menjadi bagian dari Indonesia sejak kemerdekaan tahun 1945. Sistem kesultanan kelak dihidupkan kembali setelah Soeharto lengser.

Akan tetapi, posisi sultan saat ini bukan berdasarkan garis keturunan. Ia dipilih oleh masyarakat Tidore. Sang sultan tidak memiliki kekuasaan politik apa pun, meski ia merupakan salah satu anggota Dewan Perwakilan Daerah dengan tugas legislatif seperti mengajukan usulan-usulan untuk rancangan undang-undang.

Provinsi Maluku Utara dan tetangganya, Provinsi Maluku, juga dikenal sebagai kepulauan rempah berkat melimpahnya produksi cengkeh, pala, dan sebagainya. Ternate bahkan diyakini sebagai asal mula tanaman cengkeh.

Rempah-rempah membuka kisah panjang kolonialisme Eropa di kawasan ini. Sejumlah kekuatan kolonial berlomba-lomba menguasai gugusan pulaunya untuk dijadikan basis strategis perdagangan rempah-rempah yang sangat menguntungkan kala itu.

GOTONG ROYONG DAN SOLIDARITAS MASYARAKAT

Ciri khas budaya Maluku Utara yang lain adalah mengakarnya sikap gotong royong di masyarakat.

Herman Oesman, dosen sosiologi dari Universitas Muhammadiyah Maluku Utara di Ternate, mengatakan kepada CNA, "Ada banyak faktor yang menjadikan indeks kebahagiaan Maluku Utara paling tinggi (di Indonesia). Pertama, tingkat gotong royong di tingkat masyarakatnya tergolong baik.

"Kedua, solidaritas masyarakat yang kental atau kuat. Hal ini didukung oleh kearifan lokal yang terus dipertahankan dari dulu sampai sekarang."

Berbagai aspek inilah yang terlihat saat terjadi kecelakaan truk di Halmahera Timur yang disaksikan oleh CNA bulan lalu. Ketika satu truk kecil tiba di lokasi untuk mengambil alih pengangkutan stok minimarket, Basri dan yang lain segera membantu mengangkati barang-barang ke kendaraan tersebut.

"Kami punya toleransi antara sesama pengemudi karena cuma itu yang bisa kami lakukan," ujar seorang supir truk bernama Kirno. "Bantuan masih jauh, jadi kami cuma bisa menunggu dan melakukan yang terbaik," imbuhnya. 

Hanya ada satu jalan utama di pulau Halmahera, Maluku Utara. (Foto: CNA/Kiki Siregar)

Setelah sekitar tiga jam, satu ekskavator tiba di lokasi kecelakaan untuk membersihkan tanah di sekitar jalan utama agar kendaraan-kendaraan yang lebih kecil dapat melintas.

Para pengemudi kembali ke kendaraan masing-masing. Siap-siap melanjutkan perjalanan, orang-orang yang tadinya berbincang-bincang sembari menunggu pun saling melambaikan tangan.

"Situasi seperti ini tidak bisa dihindari, tapi kalau sudah kumpul-kumpul, kita merasa senang," ujar Basri.

Menurut Bhima Yudhistira, seorang ekonom dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) yang berbasis di Jakarta, indeks kebahagiaan yang dirilis pemerintah memberikan wawasan yang bermanfaat terkait pembangunan daerah yang baik.

Bhima mengemukakan bahwa keberhasilan pembangunan daerah sering kali dinilai dari ketersediaan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, rendahnya tingkat kemiskinan dan pengangguran, anggaran pendapatan dan belanja daerah, serta indikator ekonomi lainnya.

"Tapi sekarang unsur keberhasilan ekonomi bukan cuma output produksi. Kualitas dan kepuasan hidup juga jadi poin penting.

"Ada daerah-daerah yang melestarikan alamnya dengan baik, punya budaya tolong-menolong, dan punya tingkat toleransi yang cukup tinggi. Itu semua termasuk elemen keberhasilan pembangunan," jelasnya.

Di sisi lain, terdapat daerah-daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun tingkat depresi dan bunuh dirinya mengkhawatirkan. Menurut Bhima, hal ini dapat dikatakan sebagai kegagalan pembangunan ekonomi. Ia menambahkan, daerah-daerah dengan skor indeks kebahagiaan tinggi secara politis lebih stabil, menjadikannya menarik bagi investasi berkelanjutan.

PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), satu kawasan industri di Halmahera Tengah, Maluku Utara. (Foto: CNA/Kiki Siregar)

PROVINSI DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERTINGGI DI DUNIA: JOKOWI

Selain menempati peringkat tertinggi pada indeks kebahagiaan, Maluku Utara juga menikmati pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia. 

Tahun lalu, ekonomi provinsi ini tumbuh hampir 30 persen pada kuartal pertama dan sekitar 27 persen pada kuartal kedua. Pada kuartal ketiga, pertumbuhannya mendekati 25 persen. Hal ini mendorong Presiden Joko Widodo untuk menyatakan di suatu acara bahwa provinsi ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi tertinggi secara global.

"Pertumbuhan ekonominya sudah tinggi sekali, paling tinggi di dunia, di Maluku Utara itu. Enggak percaya? Cek, mana ada pertumbuhan ekonomi sebuah provinsi 27 persen,” kata Jokowi. Produk Domestik Regional Bruto Maluku Utara pada tahun 2021 tercatat mencapai sekitar 52 trilyun rupiah.

Presiden juga menyampaikan bahwa tingkat inflasi Maluku Utara hanya sekitar 3 persen, lebih rendah dari besaran nasional sekitar 5 persen. 

Jokowi mengungkapkan bahwa tingginya pertumbuhan ekonomi ini didorong oleh perkembangan industri-industri baru di Maluku Utara, terutama pertambangan nikel. Ia pun mengaitkan kondisi ekonomi dengan tingkat kebahagiaan masyarakat. "Gimana enggak senang rakyatnya? Inflasi hanya 3,3 (sedangkan) pertumbuhan ekonominya 27 persen," ujarnya.

"Survei yang saya terima, di seluruh provinsi yang disurvei, masyarakat mana yang paling bahagia, juga di Maluku Utara," imbuhnya. 

Industri-industri baru yang disebutkan Jokowi bisa ditemukan di Weda, Halmahera Tengah. Di sini pula terletak IWIP, kawasan industri terpadu berbasis nikel yang dibentuk pada tahun 2018. 

IWIP merupakan proyek prioritas nasional untuk mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi pemain global di industri kendaraan listrik. Nikel adalah komponen utama dari baterai penggerak kendaraan listrik. 

Mereka yang bekerja di kawasan ini ditopang oleh aneka peluang ekonomi yang ada.

"Gaji di sini bagus," kata Ismat Hanafi yang telah bekerja di IWIP selama sekitar sebulan. Lulusan perguruan tinggi ini mengaku bergaji sekitar 7 juta rupiah per bulan, lebih tinggi dari upah minimum provinsi yang hampir mencapai 3 juta rupiah. 

Reynald Manggis, rekan kerja Ismat di IWIP, mengutarakan alasan yang sama. Baru-baru ini ia membuka satu gerai bubble tea di dekat kawasan industri tersebut.

"Orang-orang dari seluruh Indonesia ada di sini. Prospeknya di sini bagus, soalnya ramai. Permintaan tinggi, jadi harga-harga juga bakal naik," ujar Reynald. 

Pemandangan Ternate, Maluku Utara. (Foto: CNA/Kiki Siregar)

BUKAN MIMPI UTOPIS

Di balik peluang ekonomi serta peringkat teratas pada indeks kebahagiaan, situasi di sini tak sepenuhnya indah.

Ririn Hardiyanti, seorang dokter puskesmas di desa Kobe, Halmahera Tengah, mengatakan bahwa tak semua anggota masyarakat mampu mengakses perawatan medis, meski sederhana sekalipun.

"Masih ada masyarakat adat yang tinggal di hutan. Jauh sekali untuk bisa menjangkau mereka. Jadi kalau mereka sakit dan datang ke kami, sering kali kondisinya sudah sekarat," ujar perempuan berusia 32 tahun tersebut.

Menurutnya, akses memasuki kampung-kampung masih terbatas dan tak ada jalan aspal. "Jembatan yang menghubungkan desa-desa masih dari kayu, dan kayunya pun sebagian sudah lapuk. Jadi rawan runtuh ke air," ujarnya.

Jaringan seluler juga timbul tenggelam di berbagai wilayah. "Di depan klinik kami, sinyal itu jelek sekali. Kami tidak bisa menelepon, cuma bisa kirim SMS. Dan kalau mau kirim pesan lewat Whatsapp, harus kirim malam hari pas sinyalnya agak kencang," ujarnya.

Sebagai seorang dokter, ada kalanya Ririn perlu menghadiri pertemuan menggunakan Zoom. Untuk melakukannya, ia harus berangkat ke kota terdekat – sekitar 30 menit perjalanan – demi sinyal yang lebih baik.

"Dan kalau musim hujan, di sini rawan sekali banjir. Saluran-saluran air sangat kurang, jadi airnya meluap ke mana-mana."

Ririn juga menyebutkan beberapa masalah terkait kebersihan air.

Ia berharap dalam waktu dekat akan dibangun banyak jembatan, menara pemancar sinyal, dan saluran air. "Dan kalau bisa, hutan-hutan yang sudah ditebangi itu ditanami kembali supaya tidak sampai banjir lagi," tambahnya. 

Maluku Utara masih bergelut dengan banyak masalah, termasuk pembangunan infrastruktur. (Foto: CNA/Kiki Siregar)

Terlepas dari masalah-masalah tadi, Ririn mengaku bahagia bisa dekat dengan keluarga. 

"Saya percaya bahagia itu ketika kita bisa menerima segala keadaan dan kenyataan hidup dengan dada lapang. Karena kalau kita tidak bisa enjoy di lingkungan kerja, di lingkungan tempat tinggal, kita tidak mungkin bahagia. Makanya saya menerima keadaan dan kenyataan ini."

Herman selaku dosen sosiologi mengatakan bahwa seiring meningkatnya industrialisasi, kesejahteraan jangka panjang masyarakat dapat meningkat selama keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan dapat dijaga.

"Ini jadi dilema, karena laju pertumbuhan tertinggi atau industrialisasi besar-besaran di Maluku Utara terkait dengan pertambangan yang berdampak pada lingkungan," ujarnya.

Menurut Herman, masyarakat memegang peran penting dalam pencegahan kerusakan lingkungan. Penting bagi mereka untuk mempertahankan nilai-nilai komunitas seperti gotong royong. Ditambahkannya, dengan semangat kebersamaan yang kuat, masyarakat dapat mengambil berbagai tindakan kolektif dalam melestarikan lingkungan. 

Sementara itu, Sultan Tidore mengungkapkan keprihatinannya akan adanya sebagian orang yang mengaku bahagia meski kenyataannya tidak demikian.

Menurutnya, dalam budaya mereka, mengumbar kesedihan merupakan pantangan. "Sebab ada etika dan moral yang perlu dijunjung tinggi. Tidak boleh ditampakkan terang-terangan, betapa pun sulitnya hidup ini."

Menyongsong masa depan, sang sultan menyatakan rasa terima kasihnya kepada pemerintah pusat atas upaya-upaya industrialisasi yang telah berjalan.

"Tapi harus diiringi juga dengan peraturan-peraturan yang melindungi alam, karena kita tidak punya lingkungan lain," imbuhnya.

 

Baca artikel ini dalam Bahasa Inggris.   

Baca juga artikel Bahasa Indonesia ini mengenai perusahaan rintisan modernisasikan tani-ternak Indonesia.  

Ikuti CNA di Facebook dan Twitter untuk lebih banyak artikel.

Source: CNA/ks(ih)

Advertisement

Also worth reading

Advertisement