Skip to main content
Best News Website or Mobile Service
WAN-IFRA Digital Media Awards Worldwide 2022
Best News Website or Mobile Service
Digital Media Awards Worldwide 2022
Hamburger Menu
Advertisement
Advertisement

Indonesia

Mendengar pohon 'berbicara': Cara dokter pohon di Singapura pertahankan alam demi keselamatan masyarakat

  • Kendaraan jelajah serupa Wall-E terlihat melaju di Taman Botani dan Taman Danau Jurong di Singapura.
  • Dengan pemindai laser dan kamera, kendaraan tersebut membuat salinan digital dari pepohonan di taman.
  • Alat pemindai dan berbagai perangkat lainnya, telah membantu para dokter pohon dari Dewan Taman Nasional Singapura dalam menjaga dua juta pohon di negara itu agar tetap prima.
  • Seorang arboris menjelaskan bagaimana dia belajar cara 'berbicara' bahasa pohon.

SINGAPURA: Awalnya perempuan ini lebih tertarik kepada hewan-hewan seperti monyet atau serangga daripada pepohonan, yang menurut dia "membosankan".

Ketika masih menjadi mahasiswa jurusan biologi dan ekologi hutan tropis, Ow Siew Ngim mengambil "seluruh modul mengenai hewan". "Kita bisa lebih banyak mempelajarinya karena mereka bergerak," kata dia. "Mempelajari pola tingkah laku hewan-hewan sangat menarik saat saya muda dulu."

Tapi seiring waktu, pepohonan menjadi bahan studi yang lebih seksi bagi Ow. "Mereka 'berbicara' dengan bahasa yang berbeda dengan hewan," kata dia. "Anda harus menerjemahkannya sendiri, … Anda harus memastikan pemeriksaan Anda berdasarkan perangkat diagnosa dan hal-hal lain (seperti penerjemahan bahasa pohon)."

"Saya suka tantangannya."

Pandangan Ow mengenai pepohonan berubah setelah dia mengikuti kursus yang diadakan oleh Persatuan Arborikultur Internasional (ISA), sebuah lembaga nirlaba yang mendukung program perawatan tanaman.

Setelah itu dia memutuskan menjadi arboris tersertifikasi dan saat ini menjabat direktur teknologi wajah jalan dan operasional di Dewan Taman Nasional Singapura (NParks). Menjaga pepohonan perkotaan di Singapura agar tetap dalam kondisi prima adalah bagian dari tugasnya.

Ow melakukan pemeriksaan visual terhadap sebuah pohon. (Foto: CNA/Jinee Chen) 

Dari sekitar tujuh juta pohon di Singapura - angka yang didapatkan dari tiga sensus dan survei lapangan - NParks merawat enam juta di antaranya. Sisanya dirawat oleh dewan kota dan pihak-pihak lain seperti pemilik lahan swasta.

Dua juta pohon di bawah pengawasan NParks adalah pohon perkotaan yang tersebar di sepanjang jalan dan di taman, kebun serta lahan negara. Empat juta pohon lainnya terletak jauh dari lalu lintas manusia, seperti di sisi terpencil dari cagar alam.

Pepohonan perkotaan diperiksa setiap enam hingga 24 bulan sekali. Pemeriksaan yang lebih sering akan dilakukan untuk pepohonan dewasa dan bersejarah, serta pohon-pohon di lokasi tertentu, seperti di lahan parkir mobil dan lokasi-lokasi diselenggarakannya berbagai acara.

Ketika menjelaskan kepada orang-orang di jalan mengapa pepohonan memerlukan perlakuan berbeda dan penuh kasih sayang, Ow mengatakan bahwa dia sering memanusiakan "pasien-pasiennya" itu.

Ada interval antarpemeriksaan yang lebih pendek bagi beberapa pohon "karena mereka layaknya manusia", kata Ow yang bergabung dengan NParks lebih dari 20 yang lalu dan telah menjadi arboris sejak sedekade lalu. "Orang-orang tua membutuhkan lebih banyak pemindaian dan pemeriksaan kesehatan."  

Dengan lebih banyak pohon yang akan ditanam di bawah gerakan SatuJutaPohon Singapura yang diluncurkan pada 2020, NParks memperkirakan "peningkatan setidaknya 50 persen" jumlah pepohonan yang akan mereka "kelola secara aktif", kata Ow.

Teknologi yang akan membantu lebih dari 250 arboris NParks, yang dijuluki para dokter pohon, juga akan ditingkatkan.

WALL-E YANG BERJALAN DI TAMAN

Dalam beberapa bulan terakhir, pengunjung yang bermata jeli di Taman Botani dan Taman Danau Jurong akan melihat kendaraan jelajah yang mirip dengan Wall-E, robot dalam film animasi Pixar tahun 2008, berjalan berkeliling.

Dengan pemindai laser dan dua kamera terpasang di rangka merahnya, kendaraan itu memiliki misi menciptakan "salinan digital" dari pepohonan di taman.

Dioperasikan oleh surveyor profesional (manusia), kendaraan itu bergerak dengan roda karet serupa bulldozer, membuatnya "mampu melintasi semua medan", kata Peter Sasi, wakil presiden Greehill Asia Pasifik, perusahaan teknologi yang ikut mengembangkan teknologi salinan digital tersebut bersama dengan NParks dan mitra lainnya. 

"Tidak harus selalu berjalan (di aspal), kami juga bisa off-road," kata dia. "Kendaraan ini (bergerak) dengan sabuk roda karet yang empuk dan lebar, jadi tidak akan merusak rerumputan."

Menggunakan teknologi pendeteksian dan pengukuran jarak cahaya (Lidar), alat pemindai pada kendaraan itu mampu melakukan pengukuran setiap pohon secara akurat.

"Kami mulai dengan menciptakan salinan digital yang lengkap dari seluruh bagian taman atau seluruh wajah jalan," kata Sasi. "Semuanya terdigitalisasi dalam tiga dimensi dan juga dalam foto-foto panoramik."

Algoritma pembelajaran mesin kemudian diajari untuk mengidentifikasi pepohonan dan membedakannya dari tiang lampu atau rambu jalan. Mesin ini juga menetapkan lokasi geospasial dari setiap pohonnya.

Sistem pengukuran pohon jarak jauh. (Foto: CNA/Jinee Chen)

Ow mengatakan, karena tidak perlu lagi mengukur lingkar dan ketinggian pohon atau mencatat lokasinya, para dokter pohon dapat memangkas waktu pemeriksaan hingga setengahnya.

Pengukuran pohon jarak jauh oleh NParks pertama kali dilakukan di taman Bishan-Ang Mo Kio pada awal 2021. Tapi ketika itu belum ada kendaraan jelajah, sehingga para surveyor harus menggunakan troli untuk membawa pemindai dan tripod laser yang beratnya puluhan kilogram.

Ketika proyek itu dipindahkan ke Taman Botani, kendaraan jelajah listrik kelas industri yang ringkas ditambahkan dalam pekerjaan. Sasi mengatakan, kendaraan ini berhasil menghemat waktu pengerjaan sehingga para arboris bisa fokus pada pepohonan yang "sangat memerlukan bantuan".

Seorang arboris NParks rata-rata bisa memeriksa antara 400 hingga 500 pohon setiap bulan, dan kebanyakan pohon dinyatakan sehat saat pemeriksaan visual berstandar internasional tahap pertama.

Sangat sedikit pohon yang dirujuk untuk pemeriksaan tahap kedua, kata Ow, tanpa menyebutkan jumlahnya. (Selain pepohonan dengan "kemungkinan cacat", NParks juga melakukan pemeriksaan lanjutan untuk pohon dengan lingkar batang lebih dari empat meter sejak November 2016).

Dalam pemeriksaan lanjutan, para dokter pohon menggunakan instrumen pendeteksi kebusukan. Salah satu caranya, resistograf akan mengebor ke dalam batang pohon dengan sebuah jarum untuk mengukur kekuatan kayunya, sementara tomografi sonic PiCUS menggunakan gelombang suara untuk memeriksa kondisi bagian dalam pohon.

Resistograf akan mengebor ke dalam batang pohon dengan sebuah jarum untuk mengukur kekuatan kayu. (Foto: CNA/Jinee Chen)

Ada berbagai cara dalam merawat pohon yang dinyatakan tidak sehat. Pepohonan dengan daun yang biasanya hijau namun kini menguning akan dipasangi mulsa - dedaunan kering atau materi organik lainnya - atau diberikan pupuk.

Jika ada bagian pohon memiliki cacat bentuk, maka bagian itu bisa dipotong. Jika sebuah pohon tua membutuhkan penopang, maka akan digunakan kabel dan alat lainnya.

Sementara pepohonan yang berisiko tumbang dan menimbulkan risiko keamanan bagi publik akan dipindahkan dan diganti yang baru.

POHON KUAT MENGHADAPI CUACA

Pepohonan di Singapura menjadi lebih kuat berkat dilakukannya pemeriksaan dalam beberapa tahun terakhir, baik menggunakan teknologi maupun secara non-teknologi.

Dari sekitar 3.100 insiden yang melibatkan pepohonan pada 2001, termasuk dahan patah, turun menjadi sekitar 480 pada tahun lalu. Rata-rata sekitar 400 insiden per tahun sejak 2019. Walau demikian, kata Ow, akan ada saja insiden "yang di luar kendali".

Misalnya peristiwa cuaca intens seperti microburst, yaitu kolom udara yang terempas kuat ke darat saat badai petir dan terjadi dengan singkat.

Menurut Badan Meteorologi Singapura, microburst sulit diprediksi dan dapat menciptakan angin berkekuatan hingga lebih dari 270 kilometer per jam.

Dan ketika pohon, sebagai makhluk hidup, tidak kuat menahan kekuatan angin tersebut, maka akan patah, kata Ow. 

Yang bisa kita lakukan sebagai manusia adalah melakukan langkah terbaik: Punya sistem yang terstandar, dan mengikutinya dengan sempurna.

Sejak awal 2000-an, manajemen pohon NParks telah berpegang teguh pada "sistem pemeriksaan dan pemangkasan pepohonan yang ketat".

Ow mengenang, awalnya para dokter pohon turun untuk memeriksa pepohonan sambil membawa kertas peta di tangan.

Ketika alat pemeriksa seluler pertama hadir setelah tahun 2010, para arboris berkelakar bahwa gawai yang digunakan untuk pembaruan data itu bisa jadi senjata mempertahankan diri. Kira-kira, kata Ow, alat itu beratnya 1 hingga 2 kg.

Saat ini, alat yang digunakan NParks jauh lebih kecil ketimbang yang dulu dan bisa melakukan lebih banyak hal. Alat itu memberikan para dokter pohon detail informasi setiap pohon di lapangan dan memperbarui data pemeriksaan secara waktu nyata (real time).

Perangkat pencatatan yang ringan sekarang digunakan para arboris di lapangan.

Beberapa perangkat lain yang digunakan dalam beberapa tahun terakhir di antaranya adalah sensor kemiringan-pohon nirkabel dan Model Struktur Pohon Plus. Alat ini memuat algoritma yang memproses data stabilitas pohon dalam menghadapi berbagai kondisi angin. Data tersebut akan menjadi acuan NParks tentang seberapa banyak pemangkasan akan dilakukan.

Mereka juga telah melakukan pengembangan lebih lanjut pada sistem pengukuran pohon secara jarak jauh.

NParks ingin menggunakan pembelajaran mesin, kecerdasan buatan dan penyalin digital untuk mendeteksi lubang terbuka pada pohon. Mereka juga tengah mengembangkan alat pengukur ketinggian guna mendeteksi potensi gangguan akibat ranting pohon yang terlalu rendah untuk memastikan keamanan bagi kendaraan yang tinggi.

PENANAMAN BERTINGKAT

Alasan mengapa pepohonan perkotaan di Singapura perlu perawatan lebih baik dibanding sebelum perubahan iklim adalah: Negara itu berpotensi mengalami efek-efek perubahan iklim seperti curah hujan lebih tinggi dan sering, kemarau panjang atau naiknya permukaan air laut.

Pada 2012, NParks mulai mengurangi atau merampingkan pucuk pohon sebelum masuknya musim-musim tertentu seperti muson baratdaya, yang terjadi antara Juni hingga September, ditandai dengan badai Sumatra, yaitu jalur badai petir dengan angin kencang yang bergerak ke arah timur. 

Dalam 20 tahun terakhir, NParks juga mengganti pohon-pohon yang sakit dan spesies yang rawan tumbang karena badai di hutan-hutan dekat jalan raya. Spesies seperti Albizia bisa digantikan dengan spesies asli seperti manggis hutan, yang mampu beradaptasi lebih baik di cuaca Singapura.

Dan di koridor-koridor yang menghubungkan wilayah dengan keanekaragaman hayati penting seperti cagar alam, NParks melakukan penanaman bertingkat untuk mereplikasi struktur alami hutan semirip mungkin dan memfasilitasi pergerakan binatang di antara dua ruang hijau. 

Di masa lalu, pepohonan ditanam secara tunggal dan "seperti tentara", yang membuat mereka terpapar angin berkekuatan kencang secara langsung, kata Ow. Sekarang pepohonan itu ditanam bersama dengan pohon-pohon kecil atau semak belukar yang berfungsi sebagai penahan angin.

"Yang coba kami lakukan adalah menciptakan ekosistem hutan kecil di sepanjang jalan untuk mendukung ketahanan kita terhadap perubahan iklim," kata dia.

Namun yang tidak diketahui banyak orang, sistem yang digunakan Singapura sudah melampaui berbagai rekomendasi internasional.

Ow mencontohkan, misalnya rekomendasi ISA untuk pemeriksaan pohon yang harus dilakukan setiap 24 sampai 36 bulan sekali, dan penipisan pucuk pohon harus 20 persen atau kurang dari itu.

Tapi di Singapura, ketika pohon berebut ruang dengan jalanan, trotoar dan saluran air, ada saat ketika pohon-pohon harus dipangkas "bukan karena perawatan rutin tapi demi membuka ruang (misalnya untuk akses kendaraan)," kata Ow.

Sasi, yang berasal dari Hungaria dan telah tinggal di Singapura selama delapan tahun, mengaku gembira dengan penggunaan teknologi untuk membuat negara itu tetap layak ditinggali di tengah suhu dunia yang kian memanas.

Greehill juga memiliki beberapa proyek di negara lain termasuk di Austria, dan Sasi berharap upayanya ini dapat berdampak kepada masa depan anak-anaknya yang kini bersekolah di taman kanak-kanak.

"Saya sedang mengerjakan beberapa proyek teknologi yang menarik, untuk membantu agar lingkungan masa depan anak-anak saya bisa lebih baik, lebih layak untuk ditinggali," kata dia.

Banyak hal yang bisa diceritakan sebuah pohon tua. (CNA/Jine Chen)

Baca artikel ini dalam Bahasa Inggris.

Baca juga artikel Bahasa Indonesia ini mengenai upaya penduduk Thailand melestarikan hutan hujan kuno.

Ikuti CNA di Facebook dan Twitter untuk lebih banyak artikel.

Banyak kisah yang diceritakan oleh pohon-pohon dewasa. (Foto:CNA/Jinee Chen)
Source: CNA/da(ih)
Advertisement

Also worth reading

Advertisement