Iming-iming bisnis dan produk MLM, mengapa banyak yang tertarik?
Jamur herbal yang diklaim bisa melawan kanker atau celana panjang yang bisa mengatasi skoliosis — mengapa industri MLM masih terus menarik perhatian, dan apakah klaimnya benar?

SINGAPURA: Sejak ibu mertuanya bergabung dengan perusahaan multi-level marketing (MLM), Elaine Hing dan suaminya, Kelvin Lim, dikirimi berbagai macam produk seperti bubuk kopi yang dicampur jamur herbal "lingzhi", yang katanya bisa memusnahkan radikal bebas.
Mereka juga menerima buklet promosi mengenai bubuk kopi itu yang diklaim mampu menghentikan perkembangan sel kanker.
"Dia sangat percaya dengan klaim itu," kata Hing. "Itulah mengapa dia merasa sudah membantu orang lain … dengan mempromosikan produk ini."
Hal ini membuat Hing khawatir, sehingga dia mengirim surat kepada program Talking Point CNA untuk menyelidiki klaim tersebut.
Mertuanya sangat antusias sampai-sampai mencoba merekrut Hing dan Lim untuk bergabung jadi distributor. Suatu hari nanti, dia ingin mewarisi apa yang sudah dibangunnya kepada mereka.

"Saya ingat dia menceritakan bahwa apapun yang dia bangun sekarang, berapa banyak penjual yang telah dia rekrut, semuanya akan membuat peringkatnya naik. Jika peringkatnya naik, maka pendapatannya juga akan bertambah," kata Lim.
"Dan ketika dia sudah meninggal, dia akan mewarisi semua itu kepada saya, termasuk … semua down-line yang dia punya."
Down-line adalah para distributor yang telah dia rekrut, dan dari penjualan mereka dia mendapatkan pemasukan.
Selamat datang di dunia MLM atau pemasaran berjenjang dan penjualan langsung, sebuah bisnis yang menawarkan produk-produk seperti jamur herbal yang konon bisa melawan kanker dan celana yang bisa mengatasi skoliosis.
Di mata sebagian konsumen, produk-produk MLM tersebut meragukan. "Setiap kali saya mendengar orang mengatakan 'MLM', saya selalu ragu," kata seorang konsumen dalam sebuah wawancara.
Meski demikian, program Talking Point CNA mendapati MLM tumbuh besar di Singapura.
ILEGAL, TAPI ADA PENGECUALIAN
Skema MLM pada faktanya terlarang di bawah Undang-undang (Larangan) Penjualan Sistem Piramida dan Pemasaran Berjenjang di Singapura yang pertama kali diberlakukan pada 1973 dan diamandemen pada 2020 untuk mengakomodasi semua skema bisnis berjenjang.
Tapi pengecualian diberlakukan untuk bisnis-bisnis yang dianggap sah, seperti asuransi, waralaba dan perusahan penjualan langsung yang memenuhi kriteria tertentu. Di antara kriterianya adalah memberikan reward kepada anggota berdasarkan penjualan produk atau layanan, bukan dari rekrutmen atau penambahan anggota.
Perusahaan penjualan langsung juga tidak boleh mewajibkan anggotanya untuk membayar uang dalam jumlah besar sebelum bisa bergabung — seperti untuk uang pendaftaran atau pembelian produk dan jasa.
Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura mengatakan dalam situsnya bahwa tidak semua MLM melakukan praktik yang tidak sesuai. Menurut Kemdag Singapura, bisnis yang menggunakan taktik penjualan inovatif "jangan disamakan dengan skema piramida".
Skema piramida adalah skema ilegal MLM yang mengharuskan anggota membayar biaya tinggi di muka dan mendapatkan reward dengan cara merekrut lebih banyak orang ke dalam skema tersebut.
Secara finansial, skema ini sangat berisiko karena berpotensi gagal bayar reward setelah tidak ada lagi rekrutmen baru.
Ketika dihubungi oleh Talking Point, perusahaan penjual produk-produk mertua Hing menolak berkomentar. Mereka menyarankan masyarakat yang memiliki pertanyaan soal produk untuk menghubungi nomor layanan pelanggan.

Dokter spesialis onkologi dari The Cancer Centre, Wong Seng Weng, membantu memeriksa soal klaim kesehatan dari produk "lingzhi" atau Ganoderma.
"Ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa (Ganoderma) mengaktifkan sistem imun. Dan itu penting untuk melawan kanker," kata dia.
Tapi untuk menyimpulkan bahwa produk ini benar-benar dapat mencegah atau mengobati kanker, dengan hanya didasarkan pada studi praklinis (uji non-manusia) dan pengalaman klinis yang sangat, sangat terbatas ... butuh keyakinan yang sangat besar."
Badan Makanan Singapura dalam menjawab pertanyaan Talking Point soal kopi Ganoderma, mengatakan bahwa label makanan dan iklannya seharusnya tidak boleh berisikan iming-iming bahwa produk itu bisa mencegah, menghilangkan atau menyembuhkan penyakit.
Sementara itu Asosiasi Penjualan Langsung Singapura (DSAS) mengatakan bahwa mereka tidak memiliki kedudukan hukum untuk meminta perusahaan-perusahaan nakal di industri ini untuk tutup. Tapi mereka bisa memilih perusahaan mana saja yang bisa diakui sebagai anggota.
Untuk menjadi anggota DSAS, perusahaan harus menyerahkan laporan mengenai kepatuhan mereka terhadap hukum Singapura, kata Jeffrey Chang, wakil ketua asosiasi tersebut.
Perusahaan juga harus "menyerahkan seluruh materi pemasaran mereka", yang kemudian akan diperiksa apakah ada klaim yang berlebihan terkait pendapatan anggota dan produk-produknya.
Seluruh pelanggan yang membeli dari perusahaan-perusahaan anggota DSAS boleh membatalkan pembelian dalam rentang tujuh hari, kata Chang. Saat ini DSAS beranggotakan 26 perusahaan.
'JIKA BERUNTUNG, SAYA BISA SEPERTI MEREKA'
Di tengah keraguan soal khasiat produk yang ditawarkan dan kabar miring soal taktik penjualannya, mengapa MLM masih saja menarik perhatian? Hal itu tidak lain karena keuntungan besar yang didapat jika mereka sukses. Selain itu, tidak semua perusahaan MLM mengadopsi metode yang sama, ujar para anggotanya.
Ketika Chanee Yap pertama kali mengetahui soal MLM Best World International, dia menemukan bahwa perusahaan itu "cukup berbeda" dari yang lain. Dia kemudian mencoba produk-produk skincare mereka tanpa diminta membelinya. Hal itu, kata dia, membuatnya merasa "lebih nyaman".

Saat ini, sebagai distributor untuk Best World International yang merupakan anggota DSAS, Yap mendapatkan pemasukan "lima digit" (dalam dolar Singapura) per bulan - "10 kali lipat" dibanding ketika dia menjadi akuntan.
Selain itu, karena jam kerjanya yang fleksibel, wanita 40 tahun ini dapat menghabiskan "waktu berkualitas" bersama keluarganya.
"MLM hanyalah sebuah model bisnis (di mana) perusahaan mendistribusikan produknya kepada konsumen secara langsung," kata Yap. "Jika saya membeli produk dan saya menyukainya, dan saya mencoba membagikan dan menjualnya, saya mendapatkan komisi.
"Jika teman-teman saya menyukainya, mereka juga akan menjualnya. Jadi saya mendapatkan lebih banyak penghasilan dari jaringan yang lebih besar."
Dalam waktu satu tahun, Yap naik di tiga peringkat teratas perusahaan tersebut. Posisi ini hanya diduduki kurang dari 20 orang distributor di Singapura.

Merayakan kesuksesan adalah salah satu cara perusahaan MLM untuk menarik lebih banyak distributor, kata asisten profesor pemasaran di Nanyang Business School, Eunsoo Kim, yang telah melakukan penelitian tentang industri ini.
Kim mengatakan, perusahaan-perusahaan tersebut akan mengadakan "acara besar untuk menarik perhatian". "Mereka mungkin tidak menyebutkan ... angkanya secara langsung. Seperti, angka pendapatan sebenarnya yang bisa diperoleh. Tapi melalui acara seperti ini, seseorang akan merasa 'Saya juga bisa meraih kesuksesan seperti itu', dan anda jadi terpengaruh."
Pengalaman buruk dengan MLM di masa lalu terkadang tidak bisa meredam keinginan untuk bergabung kembali.
Seperti Kelly Kam yang pertama kali bergabung dengan MLM dengan produk minyak esensial. Dia mengaku terinspirasi untuk bergabung karena melihat orang-orang biasa yang dapat meraih "hal-hal luar biasa" dan "membantu orang lain meningkatkan taraf hidup mereka".

Dalam sebuah konvensi di Kuala Lumpur, dia melihat seorang ketua tim penjualan menenteng tas mewah, yang membuatnya terlihat menonjol. "Jika beruntung, saya juga bisa seperti mereka: Punya kebebasan waktu dan finansial dan menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga," pikirnya.
Tapi ada syarat yang harus dipenuhinya. Dia harus belanja sedikitnya S$200 (Rp2,3 juta) setiap bulan agar bisa mendapatkan komisi sebagai seorang distributor.
Dia lantas membeli lebih banyak minyak dari pada yang bisa digunakannya. Pandemi membuat dia tidak bisa bertemu orang, dan pengeluaran Kam lebih banyak dibanding pemasukan. "Setelah empat tahun, saya sadar bahwa secara finansial ini tidak masuk akal," kata dia.
Minyak esensial yang dia timbun sudah cukup untuk persediaan "seumur hidup", tapi tetap saja Kam tidak menyesal. "Ada orang-orang yang benar-benar sukses," kata dia. "MLM yang berbeda cocok dengan orang yang berbeda juga."
Setelah keluar dari MLM tersebut, Kam akhirnya bekerja penuh waktu. Namun pekerjaan itu ternyata telah mengganggu kesehatannya. Dia kemudian bergabung dengan MLM lainnya yang memiliki program manajemen berat badan. Kam mengaku menjadi lebih sehat dan berhasil menurunkan berat badan setelah bergabung dengan MLM ini.
Perusahaan MLM-nya saat ini tidak mewajibkan pembelian minimum. Produk yang ditawarkan beragam, mulai dari produk kecantikan hingga peralatan rumah tangga. Kam mengatakan, saat ini pendapatannya meningkat dengan stabil sejak hampir tiga tahun lalu.
Dia bahkan telah membuka spa untuk "berbagi produk dengan orang-orang yang tertarik pada kecantikan". Dia mengatakan: "Mungkin dari bisnis ini saya akan mendapatkan beberapa down-line. Siapa yang tahu?"