Skip to main content
Best News Website or Mobile Service
WAN-IFRA Digital Media Awards Worldwide 2022
Best News Website or Mobile Service
Digital Media Awards Worldwide 2022
Hamburger Menu

Advertisement

Advertisement

Indonesia

Kematian mendadak pada orang yang tampak sehat dan bugar, apa penyebabnya?

Masalah kesehatan apa yang menyebabkan kematian mendadak? Jangan-jangan kita juga bisa mengalaminya.

Kematian mendadak pada orang yang tampak sehat dan bugar, apa penyebabnya?
Lebih dari 3.000 orang menderita henti jantung mendadak setiap tahunnya di Singapura. (Foto: iStock/choochart choochaikupt)

SINGAPURA: Selama bertahun-tahun, Anda sering membaca berita tentang orang-orang yang aktif berkegiatan -berapapun usia mereka- tiba-tiba saja meninggal mendadak tanpa alasan yang jelas.  

Meninggalnya pendiri dan CEO Creative Technology di usia 67 tahun, Sim Wong Hoo, pada Januari lalu adalah peristiwa terbaru. Tidak disebutkan secara resmi penyebab kematiannya, tapi kawan-kawannya yang menghadiri pemakaman mengaku "terkejut" karena Sim adalah pelari maraton dan tampak sehat. Keluarganya menolak berbicara kepada media.

Apa penyebab kematian mendadak dari mereka yang suka berolahraga? Apakah ada tanda-tanda yang bisa jadi peringatan untuk mencegah kematian mendadak? CNA Lifestyle bertanya ke beberapa dokter untuk mengetahui jawabannya.

APA PENYEBAB KEMATIAN MENDADAK?

Kemungkinan beberapa penyebab kematian mendadak terkait dengan masalah kardiovaskular, dan kondisinya berbeda-beda berdasarkan usia, kata Profesor Tan Huay Cheem, konsultan senior di Departemen Kardiologi di Pusat Jantung Universitas Nasional, Singapura (NUHCS).

Pada beberapa pasien, penyebab kematian mendadak adalah pecahnya aneurisma pada pembuluh darah arteri. (Foto: iStock/Stock photo)

Bagi mereka yang berusia di atas 30 tahun, masalah kardiovaskular yang biasa terjadi adalah serangan jantung, miokarditis (peradangan otot jantung), strok dan diseksi aorta, yaitu robekan pada lapisan dalam pembuluh darah besar atau aorta, kata Prof Tan.

Prof Tan menambahkan, mereka yang meninggal mendadak dan berusia di bawah 30 tahun kemungkinan mengalami kardiomiopati hipertrofi (penebalan tidak normal pada otot jantung), anomali koroner kongenital (arteri koroner berada di tempat yang salah atau kelainan sejak lahir), miokarditis atau aritmia (kelainan detak jantung).

"Tingkat penderita OHCA (henti jantung di luar rumah sakit) pada lelaki dua kali lipat lebih banyak dibanding perempuan," kata dia.Pada beberapa pasien, penyebab kematian mendadak bisa karena pecahnya aneurisma pada pembuluh darah arteri, kata Dr Rajesh Dharmaraj, kepala divisi dan konsultan senior bedah vaskular di Departemen Bedah Jantung, Toraks dan Bedah Vaskular di NUHCS.

"Ini bisa terjadi pada pasien yang memiliki aneurisma yang besar (pembengkakan abnormal pada arteri) yang tidak terdiagnosis. Dinding arteri menjadi lemah dan membengkak seiring waktu, sampai akhirnya pecah dan pasien mengalami pendarahan dalam, menyebabkan kematian mendadak," kata Dr Rajesh.

APAKAH KEMATIAN MENDADAK DIPENGARUHI USIA?

Risiko kematian mendadak akibat penyakit jantung meningkat seiring usia, berdasarkan data laporan OHCA yang dipublikasi pada 2019 oleh Yayasan Jantung Singapura.   

"Mereka yang berusia di atas 65 tahun merupakan kelompok pasien risiko tertinggi, mencakup 36,2 persen dari kasus-kasus pada 2019," kata Prof Tan, mengutip laporan tersebut. "Risiko kematian mendadak dari mereka yang berusia muda masih sangat jarang."Sama halnya dengan aneurisma, kata Dr Rajesh. "Aneurisma kebanyakan terjadi pada lansia dengan faktor risiko seperti merokok dan hipertensi," kata dia, walau demikian aneurisma bisa terjadi di usia muda untuk pasien sindrom genetik seperti sindrom Marfan dan sindrom Ehlers-Danlos.

(Foto: iStock/imtmphoto)

MENGAPA KEMATIAN MENDADAK TERJADI PADA MEREKA YANG TAMPAK SEHAT DAN BUGAR?

Berdasarkan data OHCA, lebih dari 3.000 orang menderita henti jantung mendadak setiap tahunnya. Beberapa artikel di Singapura dan beberapa negara juga menunjukkan bahwa kondisi ini dialami oleh mereka yang aktif dan gemar berolahraga. Dari fakta-fakta ini, tampaknya orang yang sehat dan bugar tidak terhindar dari henti jantung yang berujung kematian.

Berdasarkan HealthXchange.sg, kematian akibat penyakit jantung bisa terjadi karena aktivitas fisik berat dibarengi dengan masalah jantung yang tidak terdiagnosis, seperti gangguan otot jantung, masalah pada sistem kelistrikan jantung, infeksi yang melemahkan otot jantung, atau kelainan kongenital dari pembuluh arteri koroner.

Dr Rajesh mengatakan, pasien dengan aneurisma kemungkinan mengalami gejala seperti sakit pada punggung dan perut secara tiba-tiba, serta pusing atau hilang kesadaran akibat penurunan tekanan darah.

CARA MENCEGAH KEMATIAN MENDADAK AKIBAT SAKIT JANTUNG

"Sulit memprediksi terjadinya penyakit kardiovaskular mendadak," kata Prof Tan. Walau demikian, bukan jadi alasan bagi Anda untuk pasrah.

"Gaya hidup yang sehat dan mengendalikan faktor risiko secara efektif adalah cara terbaik untuk mencegahnya," kata dia. "Kurangnya kualitas tidur yang baik semakin disadari telah menjadi faktor risiko yang besar."

Pendekatan gaya hidup lainnya adalah memanajemen tingkat stres. Stres berkepanjangan, ditambah stres dan tegang secara emosional, dapat membuat tubuh memproduksi adrenalin. Akibatnya, jantung memompa lebih cepat dan keras, dan pembuluh darah bisa menyempit, berdasarkan laporan HealthXchange.org.

Stres berkepanjangan bisa menyebabkan jantung memompa lebih cepat dan pembuluh darah bisa menyempit. (Foto: iStock/amenic181)

Anda dapat mencegahnya dengan memeriksa kadar kolesterol dan tekanan darah setiap tahunnya. Jika tekanan darah Anda selalu di atas 140/90mmHG, maka dapat berpotensi merusak jantung dan pembuluh darah jika tidak segera ditangani.

Jika Anda merokok, berhentilah. Perokok berisiko mengalami henti jantung mendadak dua hingga tiga kali lipat dibanding non-perokok. Bahkan berdasarkan data HealthXchange.org, perokok mencakup 40 persen dari jumlah kematian akibat penyakit jantung pada pasien di bawah usia 65 tahun.

Baca artikel ini dalam Bahasa Inggris. 

Baca juga artikel Bahasa Indonesia ini untuk tip bagi ibu menyusui agar tetap sehat selama berpuasa Ramadan.

Ikuti CNA di Facebook dan Twitter untuk lebih banyak artikel.

Source: CNA/da(ih)

Advertisement

Also worth reading

Advertisement