Skip to main content
Best News Website or Mobile Service
WAN-IFRA Digital Media Awards Worldwide 2022
Best News Website or Mobile Service
Digital Media Awards Worldwide 2022
Hamburger Menu

Advertisement

Advertisement

Indonesia

Mengungkap mitos-mitos kesehatan seputar khasiat air alkali

Benarkah air alkali mampu meningkatkan hidrasi, mengatasi sakit asam lambung atau bahkan mencegah kanker? CNA berbicara dengan para ahli untuk mengungkap mitos ini.
 

Mengungkap mitos-mitos kesehatan seputar khasiat air alkali
Air alkali adalah cairan yang mengandung kalsium, magnesium dan potasium. (Foto: iStock/wakila)

SINGAPURA: Jika berbicara dengan para penggemar air alkali, Anda akan mendapatkan kesan bahwa air ini adalah obat yang mujarab, mulai dari meningkatkan hidrasi hingga mencegah berbagai penyakit.

Bulan lalu, pengadilan Singapura memerintahkan perusahaan filter air setempat untuk berhenti memberikan klaim palsu, termasuk di antaranya air alkali bisa mencegah kanker, diabetes dan sakit punggung bawah kronis.

Walau tidak ada satu pun bukti ilmiah yang mendukung klaim khasiat air alkali, tapi tetap tidak menyurutkan antusiasme para penggemarnya.

Berdasarkan laporan riset pasar yang dipublikasikan Fortune Business Insight pada 2021, pasar elektrolisis air alkali diperkirakan mencapai US$180 juta pada 2028, meningkat dari sekitar US$100 juta pada 2020. 

CNA berbicara dengan para ahli untuk mengetahui fakta dan mitos dari air alkali.

Apa itu air alkali?

Kata "alkali" pada air alkali merujuk pada tingkat pH di dalamnya.

Skala pH mengukur tingkat keasaman atau alkalinitas dari cairan, berkisar antara pH 0 hingga 14. Cairan dengan pH 7 dianggap bersifat netral, sementara jika kurang dari itu dianggap asam, dan skala lebih dari 7 adalah basa atau alkali.

Air alkali bisa tercipta secara alamiah, misalnya pada mata air yang mengandung mineral sehingga membuatnya lebih basa.

Air alkali juga bisa dihasilkan menggunakan mesin pengion, yang mampu meningkatkan pH air menjadi 8,5 hingga 10,0 melalui proses kimia bernama elektrolisis.

Dalam proses ini, listrik digunakan untuk memisahkan molekul dalam air yang lebih asam atau lebih basa, kata perusahaan produsen mesin pengion. Komponen asam dalam air lalu dikeluarkan, sehingga hanya meninggalkan air yang lebih basa.

Mitos: Air alkali menyembuhkan sakit asam lambung

Karena memiliki pH tinggi, sebagian orang meyakini air alkali mampu menetralkan "asam" dalam tubuh dan meringankan gejala-gejala sakit asam lambung seperti GERD.

Mereka berteori, pH yang tinggi pada air alkali dapat mengurangi tingkat keasaman pada lambung.

Namun para ahli menegaskan tidak ada bukti bahwa air alkali bagus untuk tubuh.

"Ketika kita minum, maka air masuk melalui lambung sebelum mencapai usus kecil," jelas Dr Liu Mei Hui, dosen senior di departemen ilmu dan teknologi makanan, Universitas Nasional Singapura (NUS).

"Lambung kita secara alami sudah mengandung asam dan setiap pH dari cairan yang dikonsumsi akan berubah dalam prosesnya. Sehingga, alkalinitas air akan segera berubah setelah dikonsumsi dan masuk ke lambung."

Menurut Profesor William Chen, direktur Program Ilmu dan Teknologi Makanan di Universitas Teknologi Nanyang (NTU), meminum air alkali dalam jumlah banyak bisa mengganggu keseimbangan dalam tubuh, atau yang dikenal dengan homeostasis.

Hal ini terjadi karena asam dibutuhkan di dalam lambung untuk pencernaan, kata dia. 

"Akan lebih baik jika mencari solusi dari penyebab munculnya asam lambung, ketimbang hanya bergantung kepada meminum air alkali," Chen menambahkan.

Mitos: Air Alkali meningkatkan hidrasi

Penggemar air alkali mengatakan bahwa peningkatan hidrogen dalam air alkali bisa memenuhi hidrasi lebih baik daripada air biasa, terutama setelah berolahraga.

Sebuah riset kecil pada 2016 yang melibatkan 100 orang menunjukkan darah mengalir lebih lancar di dengan air alkali dibanding air biasa setelah berolahraga berat.

Namun Dr Liu dan Prof Chen mengatakan perlu riset lebih lanjut untuk membuktikan klaim tersebut.

Prof Chen mengatakan tingkat hidrasi lebih dipengaruhi oleh jumlah air yang diminum ketimbang jenisnya. 

Mitos: Air alkali mencegah kanker

Beberapa produsen mesin pengion air juga mengklaim air alkali bisa mengurangi risiko kanker. Mereka berteori, beberapa sel kanker tumbuh lebih baik di lingkungan yang asam.

Beberapa studi telah dilakukan untuk mencari efek air alkali terhadap kanker, dan tidak ada satu pun yang membuktikan bahwa meminumnya bisa mencegah atau mengatasi penyakit tersebut.

Memang ada satu studi - yang secara spesifik meneliti hubungan antara kanker kandung kemih pada pria dan diet air alkali - yang menemukan adanya sedikit hubungan. Namun, efek yang dihasilkan air alkali terhadap kanker sangat kecil dan "secara statistik tidak signifikan", kata para peneliti yang meninjau studi tersebut. 

Air alkali vs air biasa

Sebagai kesimpulan, para ahli mengatakan kepada CNA tidak ada bukti yang menunjukkan meminum air alkali lebih baik bagi tubuh dibanding air biasa.

Prof Chen menambahkan, air keran biasanya sudah sedikit basa dengan pH sekitar 7,5.

Berdasarkan laporan perusahaan air nasional Singapura, PUB, air keran di negara itu memiliki rata-rata pH 8,2, yang berarti lebih basa dibanding negara-negara lain.

Itulah yang membuat air keran di Singapura menjadi salah satu yang paling bersih di dunia. PUB selalu melakukan pengujian yang ketat terhadap sampel-sampel air dari sumbernya hingga ke keran agar tetap bersih secara keseluruhan.

"Kita tahu bahwa zat-zat mineral juga terkandung di dalam air keran, dan tidak hanya pada air alkali," kata Prof Chen.

"Secara umum meminum air adalah salah satu cara melengkapi kekurangan mineral dalam tubuh kita, namun kita juga tahu bahwa zat mineral juga sudah terkandung di dalam makanan, sehingga meminum air alkali tidak terlalu penting jika bertujuan memenuhi kebutuhan mineral."

"Dengan tidak adanya bukti yang meyakinkan, maka tidak ada kebutuhan untuk meminum air alkali yang harganya lebih mahal dibanding air keran," kata dia.

Baca artikel ini dalam Bahasa Inggris. 

Baca juga artikel Bahasa Indonesia ini mengenai cara agar ibu menyusui tetap sehat selama berpuasa.

Ikuti CNA di Facebook dan Twitter untuk lebih banyak artikel.
 

Source: CNA/da(ih)

Advertisement

Also worth reading

Advertisement