Skip to main content
Best News Website or Mobile Service
WAN-IFRA Digital Media Awards Worldwide 2022
Best News Website or Mobile Service
Digital Media Awards Worldwide 2022
Hamburger Menu

Advertisement

Advertisement

Indonesia

Cara agar ibu menyusui tetap sehat dan aman selama berpuasa di bulan Ramadan

Ibu menyusui harus meningkatkan asupan cairan dan mengonsumsi makanan kaya serat saat sahur dan istirahat dengan cukup agar tetap sehat dan aman saat berpuasa.

Cara agar ibu menyusui tetap sehat dan aman selama berpuasa di bulan Ramadan
Ibu menyusui harus mempertimbangkan kesehatan diri dan bayinya sebelum memutuskan berpuasa Ramadan. (Foto: iStock/ZouZou1

SINGAPURA: Bulan Ramadan sudah dilalui setengah jalan oleh umat Islam di seluruh dunia. Banyak yang sudah mulai terbiasa berpuasa, yakni menahan diri untuk tidak makan dan minum dari mulai terbit hingga terbenam matahari.

Namun bagi sebagian orang, puasa tidak sesederhana itu. Terutama bagi Muslimah yang sedang menyusui, puasa menjadi sebuah tantangan tersendiri. Pasalnya, mereka harus menyeimbangkan kebutuhan nutrisi bagi diri sendiri dan bayinya.

DAMPAK PUASA BAGI IBU MENYUSUI DAN BAYINYA

"Ketika ibu menyusui berpuasa dalam jangka waktu tertentu, kandungan nutrisi dalam darah ibu akan berkurang," kata Dr Mythili Pandi, dokter keluarga dan Konsultan Laktasi Bersertifikasi Internasional.

Dia menjelaskan bahwa air sangat penting bagi produksi air susu ibu (ASI). Tidak minum sepanjang hari dapat mengurangi jumlah ASI yang diproduksi oleh tubuh, dan dehidrasi dapat menyebabkan ibu merasa lemah dan letih.

Kondisi ini akan memengaruhi aliran ASI yang juga bergantung pada perasaan nyaman dan rileks dari sang ibu. "Karena lapar dan haus, berpuasa akan menyebabkan tekanan emosional, menyebabkan 'hangry' (amarah karena lapar)," jelas Mythili. Perasaan stres bisa menghambat aliran ASI.

Kualitas dan kuantitas ASI yang dihasilkan ibu juga akan memengaruhi bayi. Walau ibu terlihat baik-baik saja, namun bayi mungkin menunjukkan tanda-tanda gelisah dan tidak nyaman dengan menangis tanpa henti. Ini adalah tanda bahwa bayi tidak mendapatkan ASI yang cukup.

"Kita bisa melihat berapa banyak ASI yang diperoleh bayi dengan mengamati intensitas kencing dan BAB bayi," kata Mythili. "Jika intensitasnya berkurang dari biasanya, bayi kemungkinan tidak mendapatkan ASI dengan jumlah yang seharusnya."

Tahap perkembangan bayi juga berpengaruh dalam hal ini. Dr Mythili menjelaskan, setelah bayi diperkenalkan kepada makanan padat di usia enam bulan, dia bisa mengandalkan sumber makanan lain selain ASI. Pada tahapan ini, ibu yang berpuasa tidak akan menimbulkan risiko kesehatan pada bayi.

Lapar dan haus bisa membuat ibu menyusui lelah dan lemas, sehingga berdampak pada produksi ASI. (Photo: iStock/globalmoments)

CARA AMAN BERPUASA BAGI IBU MENYUSUI

Walau menantang, namun puasa dan menyusui aman dilakukan dengan persiapan dan latihan yang mencukupi. 

Dr Mythili menekankan bahwa ibu seharusnya "bersikap baik kepada tubuh mereka". Jangan langsung berpuasa tanpa persiapan sebelumnya, pastikan ibu dapat menanggulangi efek puasa terhadap kesehatan.

Khatim Hamidon, presiden Kelompok Penyokong Ibu Menyusui (BMSG), mengatakan "Ada cara untuk menyiasati tubuh agar bisa berpuasa dan menyusui sekaligus."

Baik Khatim dan Dr Mythili menekankan pentingnya asupan cairan saat sahur dan setelah berbuka puasa.

Air susu ibu mengandung 80 persen air, dan produksi ASI akan konstan jika ibu tetap terhidrasi, kata Mythili. Di jam-jam tidak berpuasa, ibu dianjurkan meminum setidaknya segelas air setiap setengah jam dan memakan buah-buahan kaya air seperti semangka atau jeruk.

Makanan kaya nutrisi dan tinggi serat seperti oat, kentang dan beras merah saat sahur dan berbuka juga akan membantu mempertahankan energi ibu sepanjang hari.

Ibu menyusui harus meningkatkan asupan cairan agar produksi ASI tetap terjaga. (Foto: iStock/Prostock-Studio)

Fatihatul Insyirah Hafiz, ibu 28 tahun dengan balita laki-laki berusia dua tahun dan bayi perempuan empat bulan, mengatakan aliran ASI-nya "mengkhawatirkan" ketika dia berpuasa.

Ini adalah tahun ketiga dia menyusui dan berpuasa selama Ramadan. Sebelumnya pada 2021 dia menyusui ketika putranya berusia tujuh bulan dan pada 2022 di usia 18 bulan. Tahun ini, dia harus menyusui putrinya.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, Fatihatul mengonsumsi makanan yang memberikan energi lebih lama, serta yang mendorong produksi ASI: biji-bijian seperti oatmeal, buah-buahan seperti kurma dan semangka, sayuran seperti wortel dan selada, dan protein rendah lemak seperti dada ayam tanpa kulit serta yoghurt.

Dia juga meminum setidaknya delapan gelas air di rentang waktu berbuka dan sahur.

Namun walau dia mampu berpuasa dengan baik hampir setiap hari, Fatihatul mengaku akan segera membatalkan puasa jika merasa pusing, kelelahan yang luar biasa atau mulut kering, demi menjaga kesehatan diri dan anak-anaknya.

"Saya ingin yang terbaik untuk anak saya," kata dia, menyadari bahwa walaupun sulit, persiapan puasa yang aman untuk ibu menyusui harus dilakukan.

Dr Mythili juga menyarankan ibu menyusui untuk menghindari aktivitas berat dan memprioritaskan tugas-tugas penting saja agar terhindar dari rasa lelah dan tetap nyaman dalam menyusui.

Untuk mengetahui lebih baik kondisi kesehatan bayi selama ibu berpuasa, Dr Mythili menyarankan pelekatan langsung. Ketika bayi menyusu langsung dari payudara, tubuh ibu akan menerima informasi tentang mikrobioma bayi, seperti kemungkinan adanya infeksi atau masalah pada usus. Tubuh ibu kemudian akan meresponsnya dengan memproduksi komponen ASI yang sesuai dengan kebutuhan bayi saat itu.

IBU MENYUSUI BOLEH TIDAK BERPUASA

Seorang Muslimah boleh tidak berpuasa jika sedang menyusui, terutama jika bisa menyebabkan masalah kesehatan. (Photo: iStock/Pornpimon Rodchua)

Karena adanya masalah kesehatan yang mungkin timbul, maka sebagian ibu menyusui boleh untuk tidak berpuasa.

Ustazah Liyana Musfirah Anwar, guru agama dan pendiri Jaringan Liyana Musfirah, sebuah lembaga jejaring sosial untuk Muslimah di Singapura, mengatakan bahwa ibu menyusui bisa mengambil rukhsah, bahasa Arab yang artinya keringanan untuk tidak melakukan ibadah tertentu.

"Para ibu harus mengambil keputusan untuk berpuasa atau tidak," kata Liyana.

Dia menjelaskan, jika puasa saat menyusui dapat berisiko bagi diri atau bayinya, maka seorang ibu seharusnya tidak berpuasa. Jika dokter menyarankan seorang ibu agar tidak berpuasa selama bulan Ramadan, maka sebaiknya anjuran tersebut dipatuhi.

Menurut Khatim yang telah bertemu banyak ibu menyusui dalam profesinya sebagai konsultan di MBSG: "Setiap ibu memiliki kekuatan dan batasan yang berbeda-beda."

Beberapa ibu mungkin bisa aman berpuasa dan tetap lancar menyusui. Sementara ibu lainnya tidak bisa melakukan itu kendati sudah memiliki beberapa anak sebelumnya.

Kondisi setiap ibu unik, dan membanding-bandingkan antara mereka tidak akan membantu apa-apa. "Pada akhirnya, setiap ibu tahu apa yang terbaik bagi diri dan bayinya," kata Khatim. 

Baca artikel ini dalam Bahasa Inggris. 

Baca juga artikel Bahasa Indonesia ini mengenai tip menu sehat dari ahli gizi selama  berpuasa Ramadan. 

Ikuti CNA di Facebook dan Twitter untuk lebih banyak artikel.

Source: CNA/da(ih)

Advertisement

Also worth reading

Advertisement