Skip to main content
Best News Website or Mobile Service
WAN-IFRA Digital Media Awards Worldwide 2022
Best News Website or Mobile Service
Digital Media Awards Worldwide 2022
Hamburger Menu

Advertisement

Advertisement

Indonesia

Suka duka ibu asuh, merawat anak yang bukan dari rahimnya dengan cinta

Pamela Chen memilih untuk tidak memiliki anak sendiri dan menjadi ibu pengganti bagi anak-anak yang membutuhkan tempat aman. Kepada CNA, dia berbagi suka duka dalam mengasuh anak berusia dua tahun di rumahnya.

 Suka duka ibu asuh, merawat anak yang bukan dari rahimnya dengan cinta
Di saat perempuan lain ingin menjadi seorang ibu, Pamela Chen justru selalu memimpikan jadi ibu asuh bagi anak-anak yang membutuhkan. (Foto: Simon Chua)

SINGAPURA: Para ibu pasti mengingat kegembiraan ketika menyiapkan kamar bayi - memilih ranjang, meja, lemari dan seprai yang tepat, sambil membayangkan sebentar lagi akan ada sosok kecil yang mengisi ruangan itu dengan tawa dan tangis.

Pada September 2021, Pamela Chen juga mengalami rentetan peristiwa itu. Dan tiga bulan kemudian, dia menyambut putrinya Joey (bukan nama sebenarnya) di kehidupannya. 

Tapi tidak seperti ibu lainnya, Chen tidak membawa pulang bayi itu dari rumah sakit.

Anak yang datang ke rumahnya adalah gadis pemalu berusia dua tahun dengan bola mata kecokelatan yang cantik. Dia membawa kantong kertas kecil yang hanya berisikan tiga setel pakaian.

"Dia diantar petugas perlindungan anak dan sangat pendiam. Saya bisa melihat bahwa dia sangat gugup," kata perempuan berusia 36 tahun ini.

"Setelah perbincangan dengan suara pelan selama setengah jam, petugas itu berkata saya bisa menggendongnya. Saat saya menggendongnya, dia mulai menangis dan ambil posisi meringkuk - dia melingkarkan badan dan memegangi tangan saya. Secara naluriah, saya mulai mengayunkannya dan berusaha membuatnya nyaman," kata Chen.

Joey kemudian tertidur dalam posisi tersebut, dan petugas perlindungan anak meninggalkan anak itu dengan Chen dan suaminya.

PUTRI YANG TIDAK LAHIR DARI RAHIMNYA

Itu adalah saat ketika perjalanan Chen menjadi seorang ibu dimulai, bukan dengan hamil sembilan bulan atau bayi yang menyusu dari payudaranya.

"Dari menjadi pasangan tanpa anak, tiba-tiba kami melompati beberapa fase dengan merawat seorang balita," kata Chen.

Kebanyakan para ibu menggambarkan pertemuan pertama dengan anak mereka sebagai momen yang magis. Namun hanya sedikit perempuan yang punya pengalaman seperti Chen.

"Setelah dia tertidur, saya perlahan meletakkannya di sofa, menyelimutinya dan menaruh benda-benda empuk di sekelilingnya. Dia tidur hampir satu jam."

"Saat itu, suami dan saya bolak-balik dan terus melihat apakah dia sudah bangun. Akhirnya, dia membuka mata dan menyadari ini bukan di rumahnya. Wajahnya merengut dan dia terlihat akan menangis," kenang Chen.

Chen tahu bahwa reaksi Joey itu sangat alamiah. Sebagai guru taman kanak-kanak, dia telah melihat banyak bentuk kecemasan anak di sekolah ketika ditinggal orang tuanya.

Dia juga tahu bahwa Joey ditempatkan di panti asuhan karena keluarganya bermasalah sehingga keamanannya terancam, dan kondisi ini menambah stres bocah itu.

"Ketika saya tanya apa yang dia mau, dia menunjuk keluar rumah. Jadi kami membawanya keluar. Kami lalu pergi belanja dan membelikannya baju baru dan barang-barang lainnya," kata Chen.

Itu baru hari pertama, dan pasangan itu tahu akan ada hari-hari yang menantang menanti mereka.

"Bayangkan seorang anak diambil dari keluarga aslinya dan dibawa ke lingkungan baru untuk tinggal dengan orang asing yang menjadi orang tuanya? Emosi yang akan mereka rasakan sulit dibayangkan. Bagi saya, anak-anak asuh ini sangat pemberani," kata Chen. (Foto: Simon Chua)

Terkadang, ketika orang tua tidak mampu merawat seorang anak karena berbagai alasan, hal itu akan memengaruhi perkembangan mereka, kata Chen.

Dalam kasus Joey, yang terpengaruh adalah perkembangan bicaranya. Walau hampir berusia tiga tahun, Joey hanya bisa bicara dua kata - "tidak" dan "ya". Karena tidak bisa mengekspresikan diri dan mengatur emosinya, setiap hari Joey mengalami tantrum.

Joey juga merasa sangat tidak aman. "Ketika dia bersama saya, dan suami saya ingin menggendongnya, dia akan menangis. Ketika dia bersama suami saya, dan saya mencoba mengambilnya, dia juga menangis. Dia menganggap kami seperti pulau dan hanya ingin bergantung kepada siapapun yang memeganginya," kata Chen.

"Dia juga mengikuti kami kemana pun di sekitar rumah. Dia ingin kami tidur bersamanya dan terbangun dengan menangis."

KEKUATAN CINTA

Chen dan suaminya sadar betul mengenai keputusan yang mereka ambil. Dan sikap mereka tidak goyah. Mereka mencurahkan seluruh waktu sepulang kerja untuk Joey, membuat dia merasa aman dan nyaman.

"Untuk membantu perkembangan bicaranya, saya menyebutkan apa saja yang telah dia lakukan, menggambarkan semua hal kepada dia dan membacakan dia cerita. Akhirnya, dia berhasil mempelajari bahasa tersebut dan sekarang dia bicara sangat baik, bahkan cukup mahir untuk anak seusianya," kata Chen.

Ketika Joey sedang tantrum, Chen menunjukkan kepada bocah itu bahwa dia berada di tempat yang aman untuk meluapkan perasaannya.

Chen mengerti perasaan Joey namun tetap tegas dalam menjalankan peraturan. Dan seiring waktu, tantrum Joey berkurang dan dia mampu lebih baik dalam mengendalikan emosinya.

Namun, ada saat-saat ketika Chen hanya bisa bersabar dan berusaha menjadi ibu yang penyayang.

"Bahkan sebagai orang dewasa, ketika kita merasa tidak aman, perasaan kita akan naik-turun. Ada hari-hari ketika kita merasa sangat aman, dan hari ketika kita merasa tidak aman. Entah apa alasannya," kata Chen.

"Di saat seperti itu, kami harus menerima bahwa perasaan Joey bisa dibenarkan dan mengikutinya saja. Jika dia mau kami menemaninya keliling rumah seharian, kami lakukan itu walau awalnya sulit."

Ini adalah pekerjaan yang berat. Namun, setelah satu setengah tahun Joey tinggal bersama Chen dan suaminya, mereka telah menjadi keluarga. Joey sekarang berusia tiga setengah tahun.

"Biasanya sebelum tidur, kami berbaring di ranjang dan menceritakan apa yang terjadi di hari itu. Hari lainnya, kami bicara soal hal-hal yang kami cintai dan Joey mengatakan, 'Saya cinta mama, papa, mimi (Chen), dada (suami Chen), kor kor (kakak lelaki Joey), jie jie (kakak perempuan Joey), dan por por (mertua Chen)'. Itu membuat hati saya hangat karena dia menganggap kami sebagai satu keluarga besar," kata Chen.

SEORANG IBU DARI SUDUT PANDANG BERBEDA

Walau Chen menganggap Joey sebagai putrinya, namun dia tahu anak itu hanya akan bersamanya sementara saja.

"Banyak yang tidak bisa membedakan antara mengasuh dan mengadopsi. Jika mengadopsi anak, maka secara hukum anak itu akan menjadi anakmu. Ketika mengasuh, tujuan akhirnya adalah menyatukan kembali anak itu dengan keluarga aslinya ketika semuanya sudah aman dan stabil," kata Chen.

Ini adalah salah satu alasan utama mengapa banyak orang, termasuk mertua Chen, mendesaknya untuk punya anak sendiri, bukan anak asuh.

Tapi kemudian Chen mengambil sudut pandang berbeda mengenai menjadi seorang ibu. "Apakah penting untuk punya anak sendiri?" tanya dia. "Tidak masalah bagi saya jika anak itu datang dari rahim saya atau bukan."

"Saya tidak menganggap anak-anak sebagai investasi dan tak takut jika tidak ada yang merawat saya di masa tua. Saya justru khawatir akan menjadi beban bagi orang lain jika saya tua nanti," jelas dia.

"Menjadi ibu asuh sesuai dengan keinginan saya, karena ketika saya sudah tua dan tidak mampu lagi mengasuh, saya tidak perlu khawatir anak-anak harus merawat saya, atau menjadi beban finansial atau yang lainnya, demi memenuhi kebutuhan saya."

Saya nyaman dengan kenyataan bahwa saya bisa memberikan sesuatu untuk anak-anak asuh dan merawat mereka di saat mereka sangat membutuhkan.

Kehidupan masa kecil Chen bisa jadi adalah pemicu mengapa dia mengambil keputusan ini. "Ketika saya kecil, kedua orang tua saya berjuang keras mengatasi masalah mereka. Ibu saya selalu bekerja dan sulit menyeimbangkan antara kehidupan pribadi dan pekerjaannya. Karena itulah, orang tua saya kerepotan merawat saya ketika kecil, akhirnya saya dibesarkan oleh nenek," kata dia.

"Nenek saya mengambil peran menjadi ibu dan merawat saya. Jika dia memasak, dia akan memberikan saya alat-alat makan betulan, panci dan wajan, dan sepotong makanan agar saya juga bisa pura-pura memasak. Setiap kali dia ke pasar, dia akan memperkenalkan berbagai hal kepada saya dan memperbolehkan saya mencicipi buah-buahan agar perjalanan itu seperti wisata."

"Karena dialah, masa kecil saya menjadi bahagia. Dan hal itu membuat saya melihat pentingnya memiliki pengasuh yang konsisten, seseorang yang selalu ada untuk anak-anak dan merawat mereka - dampaknya akan bertahan lama," kata Chen.

 "Saya bisa memberikan sesuatu untuk anak-anak asuh dan merawat mereka di saat mereka sangat membutuhkan," kata Chen. (Foto: Simon Chua)

Itulah yang menjadi salah satu alasan Chen memutuskan untuk mengasuh anak melalui Panti Pengasuhan Boys' Town. Dia ingin memberikan anak-anak yang membutuhkan sebuah masa kecil yang bahagia juga.

Walau Joey pada akhirnya akan meninggalkannya, Chen tidak melihat ini sebagai sebuah kehilangan. Chen berencana akan terus mengasuh anak-anak lainnya selepas Joey.

"Saya akan merindukannya, tapi saya tidak merasa kehilangan karena dia akan selamanya menjadi anak di hati saya. Saya juga berbahagia untuknya karena dengan perpisahan ini, berarti dia akan berkumpul kembali dengan keluarganya," kata Chen.

"Saya bersyukur karena berkesempatan melakukan sesuatu untuk dirinya. Bisa melihat perkembangannya sedikit demi sedikit dan merayakan langkah kecil serta pencapaiannya, telah memberikan saya banyak kepuasan. Seperti menjalani kehidupan ini sekali lagi," kata dia.

"Suatu hari, jika kebetulan saya bertemu Joey atau anak-anak asuh saya lainnya ketika mereka dewasa, saya akan sangat tersentuh dan senang melihat mereka baik-baik saja. Tidak masalah apakah mereka mengenali saya atau tidak," kata dia.

Baca artikel ini dalam Bahasa Inggris. 

Baca juga artikel Bahasa Indonesia ini mengenai keputusan seorang ibu meninggalkan anaknya dengan autisme tinggal mandiri di Bali.

Ikuti CNA di Facebook dan Twitter untuk lebih banyak artikel.

Source: CNA/da(ih)

Advertisement

Also worth reading

Advertisement