Dari jin, celana dalam hingga kaus kaki: Seberapa sering kita harus mencuci pakaian?
Ahli penatu di Singapura menjelaskan pakaian apa saja yang tidak perlu sering dicuci, tapi bisa tetap bersih dan higienis.

SINGAPURA: Bagi sebagian orang, menjaga kebersihan diri dan mencuci pakaian wajib dilakukan setiap hari, terutama di tengah cuaca lembab dan panas beberapa bulan terakhir ini. Tapi karena setiap orang punya gaya hidup yang berbeda - dan beberapa orang lebih mudah berkeringat dibanding yang lain - "memakai kembali" pakaian yang sama adalah soal pilihan pribadi.
Dengan tidak adanya jawaban benar atau salah dalam masalah ini, lantas kita jadi bertanya-tanya sebenarnya seberapa sering pakaian harus dicuci. Mereka yang sangat peduli pada kebersihan akan berpendapat: Semakin sering, semakin baik. Sementara ada juga orang-orang yang hanya mencuci pakaian jika benar-benar diperlukan saja.
Tapi untuk menjaga kualitas pakaian, mencuci secara berlebihan juga tidak baik. Chan Weitian, manajer perusahaan penatu Presto Drycleaners, menjelaskan bahwa mencuci adalah salah satu penyebab rusaknya pakaian.
BAGAIMANA MENCUCI BISA MEMPENGARUHI PAKAIAN
Pertama-tama, Chan menekankan bahwa pakaian memiliki umur pakai yang berbeda-beda, tergantung dari beberapa faktor seperti jenisnya, komposisi kain dan teknik pembuatannya. "Bukan soal 'mencuci secara berlebihan' saja yang bisa merusak pakaian, tapi lebih kepada perawatan keseluruhannya - bagaimana cara pakaian dirawat," kata dia. Tapi tentu saja, seberapa sering pemakaiannya juga jadi salah satu faktor penyebab rusaknya pakaian.

Mencuci adalah salah satu penyebab rusaknya pakaian Anda.
PAKAIAN YANG HARUS DICUCI SETELAH DIPAKAI
"Secara umum disarankan agar pakaian yang bersentuhan langsung dengan tubuh dicuci sehabis dipakai, demi menjaga kebersihan diri. Pakaian ini terkena keringat dan minyak yang dikeluarkan tubuh, yang bisa memicu penumpukan bakteri dan bau tak sedap," kata Chan.

Pakaian yang harus segera dicuci setelah pakai di antaranya kaus, t-shirt, celana dan pakaian dalam pria, dan sandang wanita seperti gaun, atasan, dan bawahan. Namun tidak harus selalu mencucinya dengan segera jika hanya dikenakan dalam waktu singkat dan pada aktivitas yang tidak terlalu memicu pengeluaran keringat. Kaus kaki, pakaian olahraga dan pakaian dalam, tentu saja harus dicuci setiap habis pakai, kecuali bra yang cuma dipakai sebentar.
Pada akhirnya, kata Chan, keputusan seberapa sering mencuci pakaian tergantung pada penilaian pribadi. Beberapa hal bisa menjadi pertimbangan, seperti kenyamanan, kebersihan, dan kondisi khusus lain dari masing-masing orang. Dengan kata lain, jika Anda ragu perlu mencucinya atau tidak, maka gunakanlah asal sehat dan juga panca indera, seperti penciuman untuk mengendus bau.
PAKAIAN YANG TIDAK PERLU SERING DICUCI
Telah menjadi kontroversi sejak lama soal apakah celana jin perlu dicuci atau tidak. "Penggemar denim tahu bahwa beberapa kali pencucian bisa membuat warnanya pudar, ini hal yang dihindari oleh mereka yang ingin mempertahankan tampilan asli jin. Akhirnya, mereka memilih untuk sama sekali tidak mencuci jin, hanya dihilangkan nodanya atau diangin-anginkan di luar ruangan. Tapi perlu dicatat bahwa praktik ini berbeda-beda setiap orang, dan masing-masing punya pilihan dan alasan sendiri mengapa perlu rutin mencucinya," kata Chan.

Bagi beberapa orang, anti mencuci celana jin mungkin terlalu ekstrem. Tapi jika Anda memang memilih untuk mencucinya, maka ketahuilah bahwa jin tidak perlu dicuci setiap habis pakai. Terlalu sering mencucinya akan cepat mengubah bentuk dan warnanya - yang dapat membuat Anda akan enggan memakainya lagi. Disarankan untuk mencucinya setelah dipakai tiga hingga lima kali, tapi tentu saja ini tergantung dari tingkat kekotoran jin dan seberapa nyaman Anda memakainya.
Luaran seperti jaket, jas dan blazer biasanya tidak terlalu perlu sering dicuci. "Karena biasanya luaran dipakai di atas pakaian lain dan tidak bersentuhan langsung dengan tubuh, maka tidak terkena keringat dan tidak bau. Namun, penting untuk mempertimbangkan faktor eksternal seperti cuaca dan kondisi pribadi. Di Singapura, misalnya, suhu panas dan lembab membuat perlunya sering-sering mencuci luaran jika dibandingkan negara lain dengan cuaca sedang," kata Chan.
CARA MENJAGA PAKAIAN TETAP SEPERTI BARU
Ada cara agar pakaian Anda tetap "seperti baru" sehingga bisa dipakai sekali atau dua kali lagi sebelum dicuci. Caranya adalah dengan menguapinya, yang akan meluruskan bahan pakaian dan juga memberikan efek bersih. Menyemprotkan penyegar pakaian juga bisa menghilangkan bau dan membunuh bakteri.

Cara lainnya agar pakaian tidak perlu sering dicuci adalah dengan melapisinya dengan pakaian lain. Kenakan dalaman yang lebih tipis di bawah pakaian luar untuk mencegah kain bersentuhan langsung dengan kulit, sehingga menjaga kesegaran lebih lama.
CARA MENGURANGI DAMPAK BURUK PENCUCIAN PADA PAKAIAN
Chan mengatakan ada beberapa cara melindungi kualitas pakaian saat dicuci. "Dengan menggunakan deterjen yang lembut dan mencuci dengan tangan, bukan pakai mesin-cuci, dapat meminimalisir kemungkinan pakaian rusak. Selain itu, pilih mesin-cuci bukaan depan dibanding bukaan atas untuk mengurangi gesekan. Disarankan juga menggunakan air bersuhu ruangan atau air dingin, bukan air hangat," kata dia.

Kantung cucian juga dapat melindungi bahan pakaian ketika dicuci di dalam mesin cuci. "Menempatkan pakaian berbahan lembut dalam kantung akan memastikan kainnya tidak tersangkut benda-benda seperti risleting jin atau aksesoris pakaian yang keras, seperti sabuk atau kancing," kata Chan.
Baca artikel ini dalam Bahasa Inggris.
Baca juga artikel Bahasa Indonesia ini mengenai profesi ahli autentikasi yang bekerja untuk mendeteksi barang mewah palsu.
Ikuti CNA di Facebook dan Twitter untuk lebih banyak artikel.