Akibat 'prank' tarik-kursi aktris cilik Malaysia patah tulang pinggul, ibu ancam gugat pelaku
Aktris cilik berusia 12 tahun, Puteri Rafasya, masih trauma dengan insiden tersebut.
SINGAPURA: Ibu dari aktris cilik di Malaysia mengatakan akan melayangkan gugatan hukum setelah tulang pinggul putrinya patah karena 'prank' tarik-kursi di lokasi syuting.
Fatin Aliza Salmi, 33, kepada CNA pada Senin (20 Maret) mengaku telah menghubungi pengacara dan menanti laporan medis putrinya sebelum melakukan langkah selanjutnya.
Berdasarkan laporan media setempat, Puteri Rafasya, 12, jatuh terpelanting setelah kursi yang akan didudukinya ditarik oleh anak perempuan lainnya, diduga sedang bercanda. Â
Harian Metro melaporkan, tulang pinggul Puteri retak setelah dia terjatuh dan punggungnya menimpa kaki tripod yang terbuat dari logam.
Fatin mengatakan insiden tersebut terjadi pada 22 Februari, ketika anggota tim produksi bersama dengan dirinya dan orangtua anak perempuan yang diduga menarik kursi Puteri berada di lokasi syuting. Anak yang diduga pelaku berusia lebih muda dari Puteri, kata Fatin.Â
Fatin pertama kali mempublikasikan insiden ini di media sosial pada 26 Februari lalu, setelah dia menyadari tidak ada tindakan apa-apa dari pihak terduga pelaku menyusul insiden tersebut. Beberapa hari setelah insiden, putrinya terpaksa menggunakan kursi roda, tidak dapat duduk ataupun berjalan.
Fatin mengaku tidak mengungkapkan di media sosial identitas anak perempuan yang diduga pelaku atau orangtuanya dengan alasan itikad baik, khawatir netizen akan menyerang mereka di internet.Â
Dia mengatakan, orang tua anak itu hanya meminta maaf kepadanya dalam pertemuan pada 13 Maret lalu, lebih dari dua minggu setelah insiden terjadi.
Pertemuan tersebut dihadiri kedua belah pihak yang terlibat, bersama dengan perwakilan tim produksi dan Persatuan Seniman Malaysia (Seniman).Â
"Sampai saat ini, seminggu setelahnya, orangtua anak itu tidak menunjukkan keinginan mengunjungi anak saya yang telah dirawat di rumah sakit selama delapan hari. Saya tidak menerima SMS, WhatsApp atau telepon dari orangtuanya," kata Fatin.
"Apa yang mereka pikirkan? Setelah minta maaf, lalu pergi begitu saja? Saya tidak bilang telah menerima maaf mereka. Itu tidak pernah terjadi. Saya hanya mendengarkan karena terlalu emosional untuk bicara. Saya bahkan tidak tahan melihat wajah mereka."
Menurut Fatin, beberapa pihak yang hadir dalam pertemuan pada 14 Maret bersikeras Puteri jatuh sendiri dari kursinya. Bahkan salah satu orangtua terduga pelaku menawarinya RM120 (Rp 411 ribu) sebagai "bantuan", kata dia.
"Ketika mendengar orang-orang mengarang cerita seperti itu, saya katakan kepada mereka akan menyerahkan kasus ini kepada pengacara saya," kata Fatin.
"Beberapa dari mereka berkata, 'Kenapa harus dibawa ke pengadilan?' Saya tidak tahan dengar pertanyaan itu. Karena tidak ada tindakan. Kalian berharap apa? Seberapa banyak RM120 bisa membantu?"
Fatin mengatakan jumlah uang itu bahkan tidak cukup untuk biaya X-ray putrinya. Namun dia menolak mengungkapkan berapa banyak biaya medis yang dikeluarkan sejauh ini.
"Kami akan menyerahkan kasus ini ke pengacara. Ini masalah besar - masalah keamanan di lokasi syuting. Saya tidak mau bicara banyak soal tim produksi yang saya rasa juga enggan bertanggung jawab," kata dia.
PUTERI MASIH TRAUMA
Pada postingan Instagram pertamanya tanggal 26 Februari, Fatin mengatakan Puteri menderita cedera pinggul dan pinggang karena insiden tersebut. Akibatnya, dia harus menggunakan popok untuk buang air kecil atau besar.
Dalam postingan berikutnya pada 10 Maret, Fatin memperlihatkan Puteri yang dilarikan ke Rumah Sakit Kuala Lumpur karena mengalami inkontinensia urin. Dia lalu dirujuk ke Rumah Sakit Tunku Azizah untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Kepada CNA, Fatin mengatakan Puteri dirawat selama delapan hari dan diperbolehkan pulang pada 17 Maret. Sekarang dia bisa jalan perlahan dengan bantuan tongkat dan sudah berhenti memakai popok.
Fatin mengaku lega kondisi Puteri membaik, namun dia khawatir cedera ini akan menyebabkan gangguan kesehatan lainnya di masa mendatang.
Dia sedih ketika melihat betapa putrinya rindu bermain di luar rumah, terutama saat menyaksikan adik-adiknya pergi sekolah.Â
"Sebelumnya dia mengendarai ATV, pergi menyelam dan berenang. Tiba-tiba, dia harus mengenakan popok dan tidak bisa bergerak," kata ibu tiga anak ini.
Untuk saat ini, Puteri tengah belajar berjalan tanpa tongkat dan dijadwalkan fisioterapi serta pemeriksaan berikutnya dalam beberapa hari ke depan. Dia menghabiskan waktunya di rumah dengan menggambar dan membuat karya seni lainnya.
Fatin memperkirakan Puteri baru bisa berakting setidaknya tiga bulan lagi. "Dan itu hanya jika dia ingin meneruskan berakting, mengingat trauma yang dialaminya," kata dia.
Menurut dia, Puteri masih terbayang akan insiden tersebut, terkadang mengatakan kepada ibunya bahwa dia seharusnya tidak duduk di kursi itu.Â
"Dia merasa tidak seharusnya ada di tempat itu. Saya katakan, 'Tidak, itu kursi untukmu dan kamu harus duduk di situ, bukan di tempat lain.' Dan jika dia masih tidak bisa melupakannya, saya mungkin akan membawanya ke psikiater," kata dia.
Fatin menyerukan kepada orangtua dan guru untuk mengedukasi anak-anak bahwa bercanda dengan menarik kursi sangat berbahaya.Â
"Itu bukan 'prank', kecuali kalian siap membuat anak orang lain cacat dan diseret ke pengadilan," kata dia.
"Kita tidak bisa 100 persen menyalahkan anak-anak, jadi kita harus mengajari mereka. Mereka kira ini lucu, tapi tidak lucu."
Baca artikel ini dalam Bahasa Inggris.
Baca juga artikel Bahasa Indonesia ini mengenai usaha polisi Jakarta membasmi balapan motor liar di jalanan. Â
Ikuti CNA di Facebook dan Twitter untuk lebih banyak artikel