Bangkit dan melaju lagi: Para pehobi balap mobil model temukan momentum di masa pandemi

JAKARTA: Tiga mobil four-wheel drive melesat menyusuri jalur lurus dan bersiap-siap untuk melenting. Mesin-mesin elektriknya berdengung dalam nada tinggi. Selama sepersekian detik, ketiganya pun melayang.
Satu belokan tajam ke kanan menghadang di depan, hanya beberapa sentimeter dari titik di mana mobil-mobil itu semestinya mendarat. Salah satunya lantas menukik terlalu tajam; sisi depannya menghantam trek dan terpelanting ke udara sebelum jatuh terjerembab.
Si empunya mobil malang, Al Sulthany, sontak berteriak terperanjat. Ia tak menyangka mobil kesayangannya bisa tumbang begitu cepat. Namun, pria usia 32 tahun itu tak patah semangat. Egonya mungkin sedikit terluka, tetapi kerusakan pada mobilnya tidaklah seberapa. Setelah sedikit diutak-atik, mobil itu kembali melaju.
Sebagai pehobi balap mobil model—disebut juga Mini 4WD—Sulthany telah mengadu cepat mobil plastik bertenaga baterainya hampir setiap hari selama satu tahun terakhir. Tempat balap favoritnya berada di lantai dua sebuah toko di satu pom bensin yang terletak di wilayah pinggiran Ibu Kota.
Meski baru dibuka bulan lalu, toko ini telah ramai oleh deru mesin-mesin elektrik serta derak mobil-mobil seukuran telapak tangan yang meluncur dan melenting di lintasan.
Toko Mini 4WD ini juga dipenuhi sorak-sorai mereka yang berhasil mengalahkan lawan, berikut gerutu penuh kedongkolan para pemain yang melihat mobilnya terbentur di sana sini hingga gagal menyelesaikan balapan.
Di balkon, puluhan pemain tengah mengutak-atik mobil mereka, menambahkan suku cadang maupun aksesori dari logam, plastik, atau serat karbon.
“Kalau kita balapan mobil terus mobilnya kalah atau jatuh, kita jadi makin penasaran. Kreativitas dan skill kita jadi tertantang. Kita utak-atik sedikit. Kita tambahin atau kurangin part. Dan kalau kita berhasil bikin mobilnya lebih cepat dan lebih stabil dari yang lain, perasaannya… duh… enggak ada yang ngalahin deh.”
Menurut mereka, dengan berbagai hal tersebut, mobil-mobil mereka akan lebih laju dan lancar.
“Asyiknya di situ,” ujar Sulthany kepada CNA tentang hobi balapan Mini 4WD-nya.

Mini 4WD yang diperkenalkan oleh perusahaan pembuat kit model dari Jepang, Tamiya, sempat begitu populer di Indonesia untuk pertama kali di awal 1990-an. Popularitasnya lantas surut akibat menjamurnya barang-barang tiruan yang murah serta berkualitas rendah, dan akhirnya benar-benar ditinggalkan sebelum peralihan milenium.
Para penggemar berat Mini 4WD masih memainkannya di tahun 2000-an dan 2010-an, tetapi jumlahnya tak seberapa.
Ketika pandemi COVID-19 merebak dan disusul oleh serangkaian karantina wilayah, banyak orang tergerak untuk menekuni hobi baru.
“Banyak yang memilih Mini 4WD, terutama generasi milenial yang masa kecilnya dulu main Mini 4WD,” kata Bey Sastramihardja, salah satu pemilik toko Mini 4WD bertajuk Bosku Garage, kepada CNA.
“It happened almost overnight. Tiba-tiba aja harga Mini 4WD kit melambung. Bahkan sempat ada periode racing tracks benar-benar sold out,” sambung pria 36 tahun itu.

“Orang tua mungkin dia coba merakit (kit Mini 4WD) sama anaknya atau sama temen-temennya. Jadi muncullah klub-klub, atau geng circle yang mereka akhirnya main bareng. Ada juga musisi-musisi dengan followers sosmed yang besar mulai main. Tiba-tiba (Mini 4WD) booming-lah di seluruh Indonesia.”
Para pehobi berharap lonjakan minat ini dapat membuka jalan bagi Mini 4WD untuk menjadi olahraga profesional di masa depan.
FAKTOR NOSTALGIA
Pengusaha berusia 33 tahun Bimo Pradikto mengatakan bahwa di masa kecil dia hanya mampu membeli kit dasar Mini 4WD, sedangkan kawan-kawannya dari keluarga kaya mudah memperoleh aneka suku cadang mutakhir yang membuat mereka unggul di berbagai balapan dan kompetisi.
“Waktu kecil gue main, tapi uang jajan gue terbatas. Gue seringnya cuma nonton anak-anak yang lain main,” ujarnya kepada CNA.
“Sekarang gue punya bisnis sendiri, punya uang sendiri, jadi pas lockdown gue pikir: ‘Kenapa enggak main lagi aja?’
Bisa dibilang ini balas dendam.”
Bimo mengatakan ia telah membeli beberapa jenis mobil model beserta aksesorinya, serta membangun treknya sendiri di rumah. “Karena ketagihan, gue memutuskan untuk bikin tim sendiri dan ikut balapan di mana-mana,” tambahnya.

Sulthany mengatakan bahwa dia juga masih kecil ketika mulai bermain Mini 4WD, tetapi berhenti saat ia masuk sekolah menengah pertama. Fotografer lepas ini mengeluarkan kembali koleksi mobil modelnya selama pandemi, sebab ia punya lebih banyak waktu luang akibat penundaan hingga pembatalan berbagai acara dan pernikahan ketika lockdown diberlakukan.
“Gue lihat YouTube, orang-orang asik juga main (Mini 4WD). Kebetulan gue masih punya benda-benda pas gue masih kecil. Gue rakit lagi, eh ternyata keterusan,” ujarnya.
Desainer grafis Doli Tobing mengatakan ia awalnya ragu untuk memulai kembali hobi masa kecilnya. Pria berusia 43 tahun itu terakhir kali bermain Mini 4WD sekitar 30 tahun yang lalu, dan dia tercengang oleh tingkat kemajuan dan terobosan teknologi yang telah terbangun di industri tersebut selama puluhan tahun.
“Gue kaget sih ngelihat progress-nya dibandingin waktu terakhir gue main,” katanya kepada CNA, mengomentari beragam model, konfigurasi, dan aksesori Mini 4WD baru yang tidak ia temukan di tahun 1990-an.
Namun, Doli mengaku ia tergelitik untuk mencari tahu lebih jauh. Ia menjumpai teman-teman lama yang kini bermain Mini 4WD di usia dewasa akibat adanya pandemi. Dia sering bergabung dengan mereka di toko-toko hobi dan berbagai trek Mini 4WD, membawa serta putranya yang berusia 9 tahun.
“Anak gue sendiri yang bilang dia pengin nyoba,” jelasnya. Ayah dan anak itu pun akhirnya sama-sama ketagihan.
PELUANG CERAH
Ledakan hobi yang satu ini menjadi peluang usaha yang cerah bagi Fajar Aditya, yang terwujud lewat toko Bosku Garage Mini 4WD yang ia miliki bersama Bey Sastramiharja.
Rutin bermain Mini 4WD sejak tahun 2014 serta memenangkan berbagai kejuaraan nasional dan internasional, pria berusia 36 tahun ini kerap didekati orang-orang yang tertarik akan pengetahuan dan keterampilannya dalam merakit mobil-mobil siap adu.
“Secara bisnis sih sekarang sudah dua, tiga kali lipat sejak awal pandemi,” tutur Aditya kepada CNA.
“Waktu gue awal main tahun 2014, mungkin cuma ada sekitar 20 orang yang rutin main. Di seluruh Jakarta Selatan, cuma ada satu tempat buat main (Mini 4WD),” ujarnya.
“Sekarang hampir semua tempat tongkrongan kayak di Jaksel (Jakarta Selatan) kayak ada geng-gengnya sendiri. Kayak ada klub-klubnya sendiri yang kecil-kecil tuh, pasti ada. Berkembangnya pesat banget.”

Aditya mengatakan kliennya dapat menghabiskan Rp1,5 juta (US$105) hingga Rp7,5 juta (US$ 525) untuk merakit mobil-mobil siap adu.
Pemilik toko Mini 4WD tersebut yakin industri ini akan terus berkembang berkat semakin menjamurnya tempat-tempat yang membangun trek Mini 4WD-nya sendiri, juga dengan digelarnya berbagai kompetisi secara lebih reguler.
“Kalau bukan karena banyaknya kompetisi, (Mini 4WD) enggak akan sebesar sekarang. Palingan cuma jadi mainan di rumah atau jadi koleksi, jadi pajangan di rak,” ujarnya berpendapat.
“Yang bikin daya tarik orang untuk main karena ada kompetisinya. Nge-push kreativitas lo di situ. Lu punya ide liar lo bisa cemplungin ke situ. Itu yang gue suka.”
Bey menambahkan bahwa para sponsor pun sudah mulai menyadari kebangkitan Mini 4WD.
“Bahkan balapan informal antara dua influencer, yang nonton bisa lebih dari 20.000 viewers di Instagram dan dapat banyak pemasukan dari sponsor-sponsor gede,” ujarnya.
Pehobi ini juga mencatat bahwa dengan kian banyaknya perusahaan yang bersedia membiayai berbagai acara dan kompetisi Mini 4WD, pihak-pihak penyelenggara dapat menawarkan hadiah uang yang terus bertambah sehingga jumlah peserta dan pengunjung pun kian meningkat.

Selaku pengusaha yang juga seorang pereli mobil dan penyelenggara balap, Bimo mengatakan bahwa hadiah uang yang ditawarkan oleh kompetisi-kompetisi Mini 4WD sudah sedemikian menggiurkan. Tak heran, semakin banyak pehobi mobil sungguhan seperti dirinya yang beralih ke balap Mini 4WD.
“Reli (mobil sungguhan) itu biayanya besar. Kita spend banyak uang untuk bikin mobilnya, terus shipping. Panitianya juga keluarin banyak buat bikin acara, perizinan, asuransi segala macam. Hadiahnya kecil.
Reli itu untuk fun dan pride aja buat mereka yang benar-benar hobi. Enggak pernah balik modal, apalagi sampe hidup dari reli itu jarang,” jelasnya.
“Kalau (Mini 4WD), yang modalnya relatif kecil, hadiah uangnya lebih gede dari reli beneran. Ada kompetisi yang total hadiahnya 50 juta (US$3.499), bahkan 100 juta (US$6.998).”
MASA DEPAN MINI 4WD
Populernya Mini 4WD secara mendadak juga telah menarik perhatian Ikatan Motor Indonesia (IMI), yang pada September 2021 secara resmi mengakui Mini 4WD sebagai bagian dari divisi game olahraga motor di organisasi tersebut.
“Sebelumnya, siapa aja bebas bikin kompetisi dan nyebutnya kejuaraan nasional. Enggak ada rules dan regulasi yang seragam.
Sementara itu, beberapa perusahaan besar juga ragu buat sponsorin acara karena enggak ada organisasi induk yang resmi ngelola (Mini 4WD),” kata Bimo.

Sebagai salah satu direktur IMI, Bimo-lah yang melobi organisasinya untuk memasukkan balap Mini 4WD ke dalam organisasi olahraga tersebut.
“(Mini 4WD) akan dijalankan secara lebih profesional. Ini bukan lagi sekadar hobi tapi suatu olahraga.
Semuanya akan lebih terorganisir. Kita akan punya kalender balap resmi. Regulasi (kompetisi) yang seragam. Kompetisi juga akan ada racing director, ada racing committee-nya. Kita bisa menciptakan industri,” ujarnya.
Bey percaya bahwa Mini 4WD akan berkembang lewat dukungan organisasi olahraga seperti IMI.
“Mini 4WD mengalami penurunan (di akhir 1990-an) karena enggak ada organisasi yang bisa ngebawanya secara profesional. Semua orang gerak sendiri-sendiri. Kali ini harus beda,” ujarnya, dengan menambahkan bahwa Mini 4WD punya potensi untuk dijalankan secara profesional layaknya e-sports.
“Kalau gue analogikan sama kayak e-sport, orang tua mana yang ngedukung anaknya main game mulu di warnet? Sekarang, orang bisa menghasilkan gaji yang lumayan dari e-sport, dari dia main (video) game doang.
Mini 4WD kita lagi build seperti itu. E-sports kan sudah terjadi nih. Mini 4WD nih kita lagi build ke arah itu,” imbuhnya.
Baca artikel ini dalam Bahasa Inggris.
Baca juga artikel Bahasa Indonesia ini mengenai sisi gelap kelompok-kelompok spiritual Indonesia.
Ikuti CNA di Facebook dan Twitter untuk lebih banyak artikel.