Skip to main content
Best News Website or Mobile Service
WAN-IFRA Digital Media Awards Worldwide 2022
Best News Website or Mobile Service
Digital Media Awards Worldwide 2022
Hamburger Menu
Advertisement
Advertisement

Indonesia

'Tak ada yang bisa kami lakukan': UMKM Indonesia galau menghadapi dampak kenaikan BBM

Pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar kurang lebih 30 persen sebagai upaya mencegah membengkaknya subsidi energi. Akibatnya, usaha mikro kecil menengah (UMKM) mulai menjerit karena keuntungan makin menipis.

'Tak ada yang bisa kami lakukan': UMKM Indonesia galau menghadapi dampak kenaikan BBM
Pengendara sepeda motor terjebak macet di pagi hari di Jakarta pada hari Rabu, 26 Januari 2022. (AP Photo/Dita Alangkara)

JAKARTA: Zainal Ridho, 41 tahun, memiliki bisnis sewa mobil di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Sebelum harga BBM naik, harga sewa Toyota Innova per hari di tempatnya, termasuk ongkos bensin Pertalite, adalah Rp 800,000. 

Minggu lalu, harga tersebut ia naikkan menjadi Rp 900,000 per hari karena kabar berhembus kencang bahwa pemerintah akan segera mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi.

“Saya harus menjelaskan kepada pelanggan kenapa harga sewa mobil kami naik,” katanya. Kebanyakan pelanggan Zainal tidak keberatan, walaupun beberapa dari mereka berusaha menawar.

Di saat yang sama, 20 pegawai Zainal juga meminta kenaikan gaji karena biaya hidup yang terus naik. 

Pada akhir pekan kemarin, pemerintah mengumumkan kenaikan BBM bersubsidi sebesar rata-rata 30 persen di tengah gejolak harga minyak dunia.

Harga Solar bersubsidi naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800. Harga bensin bersubsidi naik dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000.

Presiden Joko Widodo, yang kerap disapa Jokowi, mengumumkan pada hari Sabtu (3 September) bahwa langkah ini tidak bisa dihindari karena anggaran subsidi dan kompensasi BBM terus meningkat.  

Menurut penjelasannya, anggaran subsidi BBM tahun ini membengkak menjadi Rp 502,4 triliun dari Rp 152,5 triliun yang direncanakan tahun lalu.

Menurut perkiraan pemerintah, kenaikan harga BBM akan mendorong inflasi naik dari saat ini 4,69 persen menjadi 6,6 persen.

Selain menaikkan harga Solar dan Pertalite, atau bensin beroktan (RON) 90, pemerintah juga menaikkan harga Pertamax.

Harga bensin RON 92 ini naik dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500. Mayoritas pelanggan Pertamax adalah pemilik mobil pribadi dengan mesin baru yang lebih besar.

Kenaikan harga BBM mulai berlaku di pasaran satu jam setelah pengumuman Presiden Jokowi.

Sebagai kompensasi, pemerintah menjanjikan bantuan langsung tunai (BLT BBM) kepada sekitar 20 juta keluarga miskin.

“(BLT BBM) diberikan kepada 20,65 juta keluarga yang kurang mampu sebesar Rp150.000 per bulan, dan mulai diberikan bulan September selama empat bulan,” kata Presiden Jokowi dalam siaran televisi langsung.

Walaupun pemerintah telah menjanjikan kompensasi, protes melawan kenaikan harga BBM tetap melanda beberapa kota minggu ini.

Di Jakarta, demonstrasi melawan kenaikan harga BBM dihadiri ribuan orang. Demonstrasi serupa juga terjadi di Surabaya, Makassar, dan Kendari.

Kementerian Perhubungan pada 7 September mengumumkan bahwa tarif ojek online (ojol) juga akan naik mengikuti kenaikan harga BBM.

Tarif ojol per kilometer akan dinaikkan antara 6 persen hingga 13.1 persen mulai 11 September.  

Sebagai negara berpenghasilan menengah ke bawah dengan pendapatan nasional bruto sebesar $ 4.140 per kapita di tahun 2021 lalu, ekonomi Indonesia sangat bergantung kepada UMKM.

Sekitar 98 persen dari UMKM di Indonesia adalah usaha mikro yang sangat rentan terhadap perubahan kebijakan ekonomi sekecil apapun.

Walaupun efek dari kenaikan harga BBM belum dirasakan sepenuhnya, perusahaan-perusahaan di Indonesia mulai berjaga-jaga menghadapi dampak jangka panjang yang akan menimpa mereka.

Sebagian besar masyarakat Indonesia bergantung pada BBM bersubsidi. (Foto: CNA/Kiki Siregar)

UMKM LANGSUNG MERASAKAN EFEK KENAIKAN HARGA BBM

Bagi banyak perusahaan kecil, efek mencekik dari kenaikan harga BBM sudah mulai terasa.

Arifin, pemilik perusahaan penyewaan mobil di Timika, Papua Tengah, mengatakan kepada CNA: “Biasanya saya belanja Pertalite Rp 250.000 per hari tapi sekarang saya harus mengeluarkan Rp 350.000.”

“Tapi kalau saya naikkan harga sewa mobil, pelanggan akan mengeluh terlalu mahal.”

Karena itu, untuk sementara Arifin memutuskan untuk tidak menaikkan harga sewa mobil-mobilnya.

“Saya dan keluarga harus mengencangkan ikat pinggang agar kebutuhan sehari-hari tetap terpenuhi. Sewa mobil tetap memakai harga yang lama supaya pelanggan tidak lari ke tempat lain,” jelasnya.

Sementara itu, Rita Suryaningsih, seorang pengusaha di Makassar, Sulawesi Selatan, mengatakan bahwa kenaikan harga BBM mulai mempengaruhi ongkos distribusi.

UMKM yang dimiliki Rita memproduksi minuman jahe tradisional yang didistribusikan lewat jalur darat kepada pengecer.

“Kebanyakan kurir kami naik motor. Untuk BBM mereka biasanya menghabiskan Rp 35.000 per hari. Sekarang naik jadi Rp 50.000,” kata Rita.

UMKM Rita yang berpegawai empat orang mencetak keuntungan Rp 10 juta per bulan. Ia berharap bisnisnya tahan menghadapi masa-masa sulit beberapa bulan ke depan.

“Meskipun harga-harga naik, semoga kami bisa tetap bertahan.”

Paniem di Jakarta, pemilik tempat cuci baju, lebih khawatir dengan kenaikan biaya transportasi.

“Anak perempuan saya yang mengantarkan baju bersih ke pelanggan. Usaha kami pasti terancam, tapi mau bilang apa lagi?”

“Tak ada yang bisa kami lakukan. Kami hanya orang biasa,” kata Paniem.

Untuk sementara waktu, Paniem masih mempertahankan tarif cuci kiloannya yang lama, Rp 8.000, karena khawatir pelanggan akan lari jika harga naik.

Pemilik usaha cuci baju Paniem cemas menghadapi biaya transportasi yang makin meninggi setelah kenaikan harga BBM. (Foto: CNA/Kiki Siregar)

MENGKHAWATIRKAN MASA DEPAN

Masyarakat yang belum merasakan efek penuh dari kenaikan harga BBM tetap cemas bahwa biaya transportasi yang makin tinggi akan mengakibatkan ongkos produksi ikut membengkak.

Ada juga kekhawatiran bahwa pengeluaran pribadi bakal makin melonjak di tengah ekonomi yang bergejolak. 

Rina Hasibuan di Medan, Sumatra Utara, pemilik usaha minuman kopi rumahan, mengkhawatirkan bahwa kenaikan harga BBM akan meningkatkan biaya distribusi dan karena itu juga harga bahan mentah.

“Kalau harga bahan mentah makin mahal, harga jual juga jadi makin mahal.”

“Harga naik, pelanggan lari,” kata perempuan 39 tahun ini.

Ibu beranak dua ini khawatir bahwa harga elpiji, bahan baku kemasan, dan biji kopi sebentar lagi akan ikut naik.

Di Bali, Nyoman Dewi, perempuan yang membesarkan ketiga anaknya sendirian, terbiasa mengeluarkan uang Rp 300.000 untuk membeli Pertalite tiap minggu. Sekarang ia harus merogoh kocek lebih dalam.

Dewi setiap hari menyetir mobil sendiri untuk mengantar anak ke sekolah, karena di sekitar tempat tinggalnya tidak tersedia transportasi publik.

Sebagai pemilik beberapa pusat bimbingan belajar, ia khawatir murid-muridnya akan berhenti les karena situasi ekonomi yang tidak mendukung.

Ia juga merasa prihatin terhadap sembilan stafnya yang semuanya menggunakan motor untuk pergi mengantor.

“Pendapatan mereka tergantung kepada jumlah murid di tempat bimbingan belajar, semuanya berhubungan. Lebih banyak murid berarti lebih banyak penghasilan,” jelasnya. Menurut Dewi, biaya les di bimbingan belajarnya belum pernah dinaikkan selama dua tahun terakhir karena pandemi COVID-19.

BISNIS HARUS BERADAPTASI: ASOSIASI UMKM

Apa langkah yang harus diambil pengusaha UMKM untuk bertahan menghadapi dampak kenaikan harga BBM?

Menurut Hermawati Setyorinny, ketua Assosiasi Industri Usaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia (Akumandiri), UMKM tak punya pilihan selain mencoba beradaptasi untuk bertahan.

“Yang diperlukan adalah strategi. Solusi bisa berupa bahan baku alternatif yang lebih murah, pengurangan kuantitas produksi, atau menerima saja bahwa keuntungan pasti akan terpangkas.”

“Menaikkan harga, biar sedikit pun, adalah solusi terakhir,” kata Hermawati kepada CNA.

Eddy Satria, pejabat senior bidang usaha mikro di Kementerian Koperasi dan UKM, mengatakan bahwa pihaknya telah meminta kepada rekan mereka di Kementerian Keuangan untuk menggelontorkan bantuan bagi pengusaha mikro.

“Kami telah mengusulkan bantuan masing-masing sebesar Rp 600.000 bagi 12,8 juta usaha mikro.”

“Sekarang kami menunggu terwujudnya bantuan tersebut bagi usaha mikro yang terdampak oleh kenaikan harga BBM,” kata Eddy. 

 

Baca artikel ini dalam Bahasa Inggris.

Baca juga artikel Bahasa Indonesia ini mengenai dedikasi seorang aktivis menyelamatkan bekantan di Kalimantan Selatan. 

Ikuti CNA di Facebook dan Twitter untuk lebih banyak artikel. 

Source: CNA/kk(ih)
Advertisement

Also worth reading

Advertisement